Jakarta (ANTARA News) - Kalangan perbankan menilai Indonesia masih merupakan wilayah yang dianggap potensial bagi investor asing untuk menanamkan modalnya, meskipun tren perlambatan ekonomi dunia diperkirakan masih membayangi hingga tahun depan.
"Indonesia masih menjadi ladang yang subur bagi investor asing untuk menanamkan modalnya, kendati ada tren perlambatan ekonomi hingga tahun depan," kata Managing Director Head of Global Market HSBC Indonesia Ali Setiawan di seminar Economic Outlook di Universitas Sampoerna, Jakarta, Kamis.
Salah satu negara yang pengusahanya masih sangat tertarik untuk menanam modal di Indonesia, kata dia, adalah Jepang yang menempatkan Indonesia di urutan pertama negara tujuan investasinya karena dianggap memiliki potensi yang besar, terutama jumlah penduduknya.
"Indonesia adalah yang paling menarik tidak hanya bagi investor Jepang, investor Eropa dan Amerika Serikat juga sama-sama tertarik. Mereka masih mencintai Indonesia, karena potensinya sangat besar karena populasinya yang besar," ujar dia.
Peluang investasi di Indonesia yang dinilai masih tergolong besar, terutama ada di sektor infrastruktur yang memang tengah gencar dibangun oleh Pemerintahan Joko Widodo.
"Di sektor infrastruktur kita masih tertinggal negara-negara tetangga. Perekonomian dasarnya Indonesia masih tumbuh, oleh karena itu ada alasan untuk banyak memberi perhatian ke Indonesia," katanya.
Kendati demikian, ia juga menyatakan investasi di Indonesia ini akan terus tumbuh karena keberhasilan pemerintah dan Bank Indonesia menangani inflasi dan perbaikan defisit neraca perdagangan.
Akan tetapi, Ali meminta Pemerintah untuk lebih transparan dan konsisten dalam melaksanakan kebijakan di lapangan. Dengan kebijakan yang konsisten dan tepat sasaran, dinilai akan mampu menciptakan iklim investasi yang nyaman khususnya bagi investor asing.
"Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah flipflop dan membingungkan, apalagi dari sisi pajak. Sekarang banyak korporasi berteriak, target penerimaan pajak tahun ini terlalu tinggi sedangkan ekonomi slowing down. Harusnya kebijakan konsisten dan tepat sasaran," katanya.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015