"Partisipasi pemilih masih dibawah perkiraan, dibawah harapan dari penyelenggara Pemilu, misalnya di Medan hanya sekitar 20 persen," kata Direktur Populi Center Nico Hardjanto saat dihubungi ANTARA News dari Jakarta, Kamis.
Menurut Nico, ada beberapa faktor yang membuat partisipasi pemilih pada Pilkada yang pertama kali digelar serentak itu. Ia menyebut, pemilih merasa tidak ada banyak pilihan dari calon kepala daerah.
"Pilihan terbatas sehingga pemilih merasa tidak ada bedanya siapapun yang menang tidak mengubah nasib mereka," ujar Nico.
Faktor lainnya, lanjut Nico, pemilih enggan berpartisipasi karena kendala masalah teknis administrasi.
"Proses Pilkada kali ini juga agak panjang sehingga saat pemungutan suara jadi seperti antiklimaks. Masa kampanye juga agak pankang tetapi tidak semarak karena banyak aturan," jelasnya.
Meski demikian, Nico menilai bahwa pada Pilkada Serentak tahun ini masyarakat cenderung menyikapi secara dewasa.
"Sejauh ini masyarakat bisa menerima hasil, bisa menyikapi hasil Pilkada secara dewasa. Kami melihat tidak banyak gejolak, bahkan meskipun Pilkada di Raja Ampat ditunda tidak ada gejolak," kata Nico.
Ia menambahkan bahwa masyarakat harus turut mewaspadai proses Pilkada hingga selesai supaya tidak terjadi penggelembungan atau manipulasi suara.
"Proses penghitungan suara, rekapitulasi, dan penetapan diperkirakan minggu depan. Pada masa ini harus diwaspadai supaya tidak terjadi pengelembungan dan manipulasi," tutur Nico.
"Kemungkinan juga akan ada calon yang menempuh proses hukum ke Mahkamah Konstitusi. Maka perlu kewaspadaan juga untuk proses terkait gugatan calon-calon yang ada dan jangan sampai ada kasus Akil Mochtar lagi," tegas Nico.
Pewarta: Monalisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015