Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah 22 poin menjadi Rp13.962 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar AS seiring aksi tunggu pelaku pasar uang terhadap pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai rencana kenaikan suku bunga acuan AS (Fed fund rate)," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada.
Ia menambahkan pelemahan nilai tukar rupiah juga dipicu oleh harga minyak mentah dunia yang masih mengalami koreksi hingga berada di bawah level 40 dolar AS per barel. Saat ini harga minyak mentah dunia sekitar 37,38 dolar AS per barel.
"Melemahnya harga minyak mentah dunia berdampak negatif pada laju mata uang di negara-negara berkembang, di tengah situasi itu pelaku pasar uang cenderung memburu dolar AS," katanya.
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk Rully Arya Wisnubroto mengatakan sentimen dari rencana bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuan pertengahan Desember masih membayangi pergerakan nilai tukar mata uang domestik.
Di tengah aksi tunggu pertemuan FOMC, dia menjelaskan, pelaku pasar cenderung menempatkan asetnya dalam bentuk mata uang yang masuk kategori safe haven, salah satunya mata uang dolar AS.
Ia berharap paket-paket kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat segera terasa dampaknya sehingga mampu menahan sentimen negatif, terutama dari eksternal.
"Sejauh ini pelaku pasar menilai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah cukup positif, diharapkan mampu mendorong ekonomi domestik terus tumbuh sehingga menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015