Jakarta (ANTARA News) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Italia di Roma mengadakan pameran bertema rekonstruksi dan rehabilitasi daerah yang terkena dampak tsunami di Aceh sebagai bentuk peringatan setelah dua tahun bencana berlalu. "Acara pembukaan dilaksanakan pada Rabu (14/2) waktu Roma di Palazzo dei Congressi, Piazzale John F Kennedy, Roma," kata konsul Pensosbud KBRI Roma, Artanto S Wargadinata, di Jakarta, Jumat. KBRI Roma juga mengajak organisasi pangan dunia (FAO), WFP (World Food Programm), dan sejumlah Perwakilan Tetap untuk PBB di Roma yang terkena dampak tsunami, seperti Malaysia, Myanmar, Srilanka, Kenya, Yaman, Tanzania, Afrika Selatan, dan Thailand untuk terlibat dalam acara tersebut. Tragedi tsunami yang terjadi 24 Desember 2004 memang sudah berlalu selama dua tahun lebih, namun dampaknya masih terasa. Hingga kini saat ratusan ribu orang yang mampu bertahan dari tragedi tersebut terancam tidak mempunyai tempat tinggal bahkan tidak lagi mempunyai harta benda apapun. "Seperti halnya dengan negara-negara yang terkena dampak tsunami, Indonesia masih akan dan selalu terkenang pada betapa berartinya dukungan internasional yang mengalir khususnya operasi darurat dan pemulihan serta juga dukungan untuk usaha-usaha rehabilitasi dan rekonstruksi," kata Artanto. Menurut dia, digelarnya pameran rehabilitasi dan rekonstruksi pascadua tahun tsunami itu merupakan sarana untuk menyampaikan terima kasih atas semua dukungan dan kesadaran kepada pihak yang telah membantu sehingga para korban dapat memperoleh kehidupan normal mereka kembali. "Dengan pameran ini, kami berharap dapat menyampaikan kampanye kesadaran tentang peranan yang dimainkan organisasi-organisasi internasional dalam masa rehabilitasi dan rekonstruksi," katanya. Ia mengatakan, setiap organisasi internasional memiliki pendekatan tersendiri dalam penyediaan bantuan terhadap para korban tsunami. "Selain itu, dengan pameran yang kami gelar ini kami berharap Indonesia dan komunitas internasional akan selalu sadar bahwa bencana alam seperti tsunami mungkin bisa saja terjadi di masa mendatang," kata Artanto. Oleh karena itu, kerjasama internasional akan menjadi kunci keberhasilan dalam pengembangan "early warning system", pengendalian pasca bencana alam maupun rehabilitasi dan rekonstruksi.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007