"Kami melihat fundamental ekonomi pada tahun 2016 lebih baik dibandingkan tahun ini karena gencarnya program pemerintah dalam pembangunan infrastruktur, itu yang akan menjadi penggerak ekonomi sehingga akan berdampak positif pada pasar modal, itu yang mengangkat IHSG," kata Chairman Grup Indosurya Surya Effendi di Jakarta, Senin.
Dalam data BEI tercatat, kinerja indeks harga saham gabungan di sepanjang 2015 turun sekitar 13,50 persen berada di posisi 4.521,39 poin, dibandingkan posisi akhir pada tahun 2014 di posisi 5.226,95 poin.
Menurut Surya Effendi, tingginya komitmen pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur sejak pertengahan tahun 2015 dan akan terus berlanjut pada tahun berikutnya membuat fundamental ekonomi Indonesia membaik yang akhirnya berdampak positif pada pasar modal.
"Komitmen pemerintah dalam perbaikan infrastruktur cukup tinggi, itu yang membuat kita optimistis terhadap pasar modal. Tahun depan IHSG mestinya lebih baik," katanya.
Ia menambahkan bahwa kondisi pasar modal Indonesia saat ini juga telah mengantisipasi faktor rencana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuannya sehingga pasar saham domestik tidak akan bergejolak jika The Fed merealisasikan rencananya.
"Kenaikan suku bunga The Fed juga akan bertahap sehingga tidak menimbulkan gejolak di pasar saham," katanya.
Sementara itu, Kepala Riset Mandiri Sekuritas John Rachmat mengatakan bahwa data-data ekonomi Amerika Serikat yang membaik membuat kemungkinan bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga acuan pada pertengahan Desember ini menjadi hampir pasti.
"Jika rencana itu terealisasi, kondisi tersebut akan memenuhi ekspektasi pasar secara tepat. Kami merevisi prediksi IHSG akhir tahun 2015 dari sebelumnya 4.500 menjadi 4.700 poin. Sementara itu, prediksi indeks BEI hingga Februari 2016 akan dapat mencapai 4.900 poin," paparnya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015