Kualalumpur (ANTARA News) - Badan pemberantas korupsi Malaysia mewawancarai donor balik deposito 2,6 miliar ringgit (enam triliun rupiah lebih) di rekening bank Perdana Menteri Najib Razak, kata "New Straits Times" di lamannya pada Senin, mengutip keterangan pejabat lembaga itu.
Laporan tersebut muncul sesudah Komisi Anti-Korupsi Malaysia (MACC) menanyai Najib dua setengah jam pada Sabtu dalam perkara pemicu seruan undur diri perdana menteri tersebut.
Skandal korupsi muncul di sekitar Najib pada Juli ketika Wall Street Journal" melaporkan bahwa penyelidik dengan pusat perhatian pada dana negara 1Malaysia Pengembangan Berhad (1MDB) menemukan bahwa dana dikirim ke rekening pribadi Najib.
Najib yang memimpin dewan penasehat 1MDB membantah melakukan kesalahan atau mengambil uang untuk kepentingan pribadi. MACC sebelumnya menyatakan uang itu adalah sumbangan politik dari dermawan tidak dikenal asal Timur Tengah.
Direktur penyelidikan MACC Azam Baki dikutip "New Straits Times" mengatakan bahwa penyidik baru-baru ini bertemu dengan donor itu di Timur Tengah. Ia tidak merinci jati diri donor tersebut, kata laporan itu.
"Setelah menyelesaikan penyelidikan, kami akan menyerahkan temuan itu kepada Wakil Penuntut Umum, yang akan memutuskan tindakan berikutnya," kata Azam.
MACC belum menanggapi laporan tersebut.
Najib memberikan pernyataan kepada MACC pada pekan lalu, kata sumber, yang mengetahui pertemuan tersebut.
Sumber tersebut mengatakan MACC akan merekam pernyataan terkait penyelidikan dugaan korupsi di 1MDB itu serta lembaga pembantunya, SRC Internasional.
Najib pada awalnya bertekad memberikan pernyataan kepada badan itu dan kantornya juga diperkirakan menerima pertanyaan terkait permasalahan tersebut di parlemen.
Ia mengeluh bahwa penyelidikan tersebut menyebabkan beberapa tuduhan dan fitnah.
Juru bicara kantor Perdana Menteri tidak memastikan Najib diperiksa MACC pada Kamis, namun mengatakan bahwa ia bertekad memberikan pernyataan.
Najib adalah Kepala Dewan Penasihat 1MDB. Dana itu juga akan diselidiki dewan penegak hukum di Swiss, Hongkong, dan Amerika Serikat, kata media dan sumber tersebut.
Pemimpin dari kalangan oposisi dan beberapa tokoh pembangunan, termasuk mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad, meminta Najib mundur atas dugaan terlibat dalam korupsi tersebut.
Penentang juga menuduh pemerintah bermalas-malasan dalam penyelidikan tersebut dan bahkan penguasa dari Kerajaan Malaysia meminta penyelidikan cepat dan terbuka.
Pada akhir Agustus, puluhan ribu warga Malaysia berunjuk rasa menuntut Najib mundur dari jabatannya.
Masalah tersebut memukul pasar Malaysia dengan Riggit kehilangan seperempat nilainya yang menjadikannya sebagai kurs berjalan paling buruk di Asia. Demikian laporan Reuters.
(Uu.B002/M016)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015