Cirebon (ANTARA News) - Ketua Umum Asosiasi Bina Haji dan Umroh (Asbihu-NU) yang baru KH Mustofha Agil Siradj menyatakan bahwa perbaikan penyelenggaraan ibadah haji tidak cukup dilakukan di Tanah Air, melainkan juga penyelenggaraan selama di Tanah Suci.
"Seluruh persiapan akan tak bermanfaat, sia-sia, jika hasil penyelenggaraan selama di Tanah Suci juga berjalan tidak baik," kata KH Mustofha Agil Siradj di Cirebon, Jawa Barat, Minggu siang.
Evaluasi penyelenggaraan ibadah haji di Tanah Air, menurut dia, perbaikan-perbaikan dari tahun ke tahun terlihat jelas. Namun ketika berbicara di lapangan, khususnya penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi, tingkat keberhasilan penyelenggaraan haji patut dipertanyakan.
"Hasilnya percuma, jika dikaitkan dengan penyelenggaraan selama di Saudi Arabia," katanya lagi.
Apa lagi, lanjut dia, jika melihat peristiwa Mina yang menelan korban besar pada penyelenggaraan haji 2015. Ia menyatakan prihatin dan karena itu pula perlu dicarikan solusinya yang tepat.
Untuk itu, ke depan, ia menyarankan kepada Kementerian Agama (Kemenag) agar mengintegrasikan pola kerja petugas haji dari Indonesia dengan Saudi Arabia. Khususnya komunikasi di lapangan, sehingga peristiwa Mina tidak terulang kembali.
Ia sependapat dengan para ulama lain bahwa untuk memperbaiki penyelenggaraan haji tidak perlu dilakukan secara frontal, tetapi harus persuasif. Hal itu wajar mengingat Saudi Arabia adalah negara kerajaan dan memiliki ketersinggungan tinggi jika masalah ini diangkat dalam forum resmi.
Jangan sampai Saudi Arabia merasa digurui untuk perbaikan penyenggaraan haji. Apalagi negara itu memiliki sejarah panjang dan pengalaman dalam mengelola penelenggaraan haji, kata Musthofa.
Terkait dengan penyelenggaraan umroh, Saudi Arabia kini pun melakukan perbaikan pelayanan. Bagi Asbihu-NU, hal ini harus disambut gembira karena negara itu terus menerus melakukan perbaikan.
Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015