Hal itulah yang membuat puluhan relawan berkumpul di Tower 2 Sythesis Square, Jakarta Selatan dalam gelaran "Books for the Blind" pada Sabtu pagi.
Para relawan tampak serius di hadapan komputer jinjing mereka untuk mengetik ulang buku-buku terbitan Elex Media.
Nantinya, hasil ketikan akan diserahkan pada Mitra Netra, sebuah organisasi nirlaba yang memusatkan programnya pada peningkatan kualitas dan partisipasi tunanetra di bidang pendidikan dan pekerjaan.
Naskah yang telah diketik, akan diubah ke dalam bentuk huruf Braille menggunakan software khusus. File kemudian dimasukkan ke perpustakaan Braille yang dikelola Yayasan Mitra Netra.
Salah seorang relawan, I Wayan Yoga (25) mengaku sangat tertarik bergabung menjadi relawan pengetik naskah mengingat akses bacaan tunanetra amatlah terbatas.
"Saya tahu ada acara ini dari media sosial. Waktu itu ingin ikut tapi sudah penuh karena pesertanya terbatas. Dan ternyata banyaj sekali peserta yang ingin ikut, bukan hanya saya. Mudah-mudahan ke depan event seperti ini bisa diadakan lagi dalam skala lebih besar dan lebih sering," kata Yoga.
Yoga menambahkan dirinya berharap agar tunanetra mendapat akses lebih banyak pada buki bacaan tidak terbatas pada buku-buku formal atau buku pelajaran.
"Tadi kebetulan saya mendapat bagian mengetik novel yang isinya cukup bagus, kan sayang kalau tunanetra tidak bisa menikmati itu juga. Mereka punya hak yang sama kok dengan kita utuk mendapat bacaan yang bagus," katanya.
Books for the Blind merupakan bagian dari perayaan ulang tahun Elex Media Komputindo yang ke-30. Acara digelar selama dua hari mulai Sabtu hingga Minggu (5-6 Desember 2015).
Ada dua sesi tiap harinya dengan jumlah relawan 20 orang per sesi. Cukup dengan membawa laptop pribadi, setiap relawan diminta mengetik delapam hingga 10 halaman naskah dalam dua jam.
Bukan hanya relawan, 93 penulis Elex Media juga berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dengan menyumbangkan naskah mereka dalam bentuk "soft file".
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015