Moskow (ANTARA News) - Dalam perselisihan menyangkut rencana sistem pertahanan rudal AS, Rusia mengancam akan menarik diri secara sepihak dari sebuah perjanjian mengenai penghancuran rudal-rudal nuklir jarak dekat dan sedang, demikian dilaporkan kantor berita Rusia, Kamis. Jendral Yuri Baluyevsky, kepala staf umum Rusia, mengatakan keputusan Rusia bergantung pada sikap mendatang Washington, kata Kantor Berita Itar-Tass yang dilansir media internasional. Jendral itu menyebut penempatan sebagian sistem pertahanan itu di Eropa sebagai hal yang tidak bisa dipahami. Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah yang disepakati oleh AS dan Uni Sovyet pada 1987 menetapkan penghancuran semua rudal nuklir jarak dekat dan sedang di Eropa. Perjanjian itu disempurnakan pada 1991. Perjanjian tersebut, kata jendral Rusia itu, bisa dibatalkan jika satu pihak mengajukan bukti yang meyakinkan. Menurut Baluyevsky, ada bukti bahwa banyak negara saat ini mengembangkan rudal-rudal jarak sedang. "Kami akan melihat bagaimana mitra-mitra Amerika kami bertindak di masa datang. Apa yang mereka lakukan hari ini, menciptakan sebuah... kawasan pertahanan anti-rudal di Eropa, merupakan hal yang tidak bisa dipahami," kata Baluyevsky. Pada sebuah konferensi keamanan internasional, Minggu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Ivanov menyebut perjanjian 1987 itu sebagai "peninggalan" Perang Dingin, dengan mengatakan bahwa negara-negara lain sedang mengembangkan senjata semacam itu sementara Washington dan Moskow terikat oleh kententuan-ketentuan perjanjian tersebut. Moskow telah menyatakan, mereka tidak bisa menerima jaminan AS bahwa rencana penempatan sistem pertahanan itu tidak ditujukan terhadap Rusia namun pada "negara-negara jahat" seperti Iran dan Korea Utara. Presiden Rusia Vladimir Putin menjanjikan tanggapan "sangat efektif" jika AS menempatkan sistem pertahanan itu. Baik Republik Ceko maupun Polandia belum menyetujui rencana AS itu, namun para pejabat dari kedua negara tesebut telah mengungkapkan dukungan mereka. Presiden Ceko Vaclav Klaus mengatakan, Rabu, sistem pertahanan itu akan melindungi "dunia yang bebas". Perdana Menteri Polandia Jaroslaw Kaczynski mengatakan, Kamis, ia mendukung sistem pertahanan rudal itu di wilayah negara tersebut, dengan kondisi-kondisi tertentu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007