Menurut AFP, beberapa jam setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan penurunan suku bunga deposito dan memperlonggar lebih lanjut kebijakannya, Yellen mengakui bahwa langkah itu membuat dolar menguat sehingga memukul ekspor AS.
"Ketika kita memiliki kebijakan moneter yang berbeda dengan global, sering berarti bahwa itu akan menjadi pergerakan nilai tukar yang menyertainya. Kita telah melihat itu selama satu setengah tahun terakhir," kata Yellen sidang kongres.
"Kombinasi dari pertumbuhan yang lemah di luar negeri, ditambah pergerakan dalam dolar, telah menjadi faktor yang menekan ekspor neto. Dan itu merupakan sebuah pengurangan dari pertumbuhan."
Memperhatikan bahwa tren ini mungkin akan terus berlanjut, Yellen menambahkan, "itu membuat kami jauh lebih berhati-hati dalam hal menaikkan sukiu bunga."
Tapi dia juga berpendapat bahwa kekuatan ekonomi AS berakar di konsumsi dan investasi dalam negeri, yang terus berkembang.
"Untuk alasan mendasar yang sangat baik, ada kekuatan yang lebih besar di sana. Jadi, ketika kami menempatkan semuanya bersama-sama, kami masih melihat gambaran keseluruhan pertumbuhan di atas tren, katanya.
Meskipun Bank Sentral Eropa memangkas suku bunga pada Kamis, dolar sebenarnya menguat tajam sebesar 2,5 persen terhadap euro, karena, Yellen mencatat, pasar mengharapkan tindakan kuat oleh ECB untuk merangsang pertumbuhan zona euro.
(A026)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015