Ia pun berniat kembali mengunjungi kawasan surga "skeleton shrimp" itu suatu hari nanti.
"Lembata itu karena jauh, makanya spesial. Enggak hanya penyelaman di sana yang menyenangkan, masyarakat di sana juga menyambut," ujar Nadien di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, masyarakat di Lembata bahkan tak segan menawarkan makanan pada pelancong yang datang.
"Masyarakat setempat menyediakan makanan terus setiap kami berkunjung. Mereka menyambut dengan hangat. Di sana energinya baik sekali. Saya mau datang lagi ke sana," tutur mantan Puteri Indonesia itu.
Di Lembata, Nadien bersama 11 orang lainnya, seperti fotografer Muljadi Pinneng Sulungbudi, Edward Suhadi, Dewi Wilaisono, Malinda Wilaisono, Ferry Rusli, lalu travel blogger Gemala Hanafiah, Marischka Prudence, antropolog Rahung Nasution dan lainnya, menjelajah lalu mendokumentasikan kecantikan alam khususnya laut dan kekayaan budaya setempat.
Hasil penjelajahan mereka kemudian diabadikan dalam sebuah buku berjudul "Lembata Underwater", yang diluncurkan hari ini di Jakarta.
Buku setebal 114 halaman itu menyingkap beragam biota laut yang selama ini terpendam di perairan Lembata, yakni "skeleton shrimp" dengan jumlah luar biasa banyaknya, "Mandarinfish", "Painted Frogfish", "False Clown Anemonefish", "Moon Snail", "Cuttlefish" ,"Devil Scorpionfish" dan lainnya.
Tak hanya itu, adapula rekomendasi 9 titik penyelaman bagi mereka yang ingin mengeksplorasi dunia bawah laut Lembata. Lembata terletak di antara Pulau Flores bagian Timur dan Pulau Alor. Letak geografis Lembata yang berbukit dan dikelilingi laut, menjanjikan pemandangan cantik yang dapat disaksikan di Bukit Doa, maupun puncak-puncak gunung di sana, seperti Gunung Ile Ape Lewotolok.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015