Sektor darat tidak akan dianak-tirikan, justru semakin berdaya, karena biaya logistik ditekan,"
Batam (ANTARA News) - Pakar Maritim Profesor Rokhmin Danuri menyatakan industri sektor darat tidak perlu merasa terancam dengan kebijakan pemerintah yang lebih fokus pada bidang kelautan, karena program Tol Laut justru akan menguntungkan sektor darat.
"Sektor darat tidak akan dianak-tirikan, justru semakin berdaya, karena biaya logistik ditekan," kata Rokhmin Danuri di Batam Kepulauan Riau, Kamis.
Tol Laut akan memotong banyak biaya distribusi barang-barang yang dihasilkan dari sektor darat, sehingga menjadi semakin berdaya.
Menurut dia, biaya distribusi logistik Indonesia adalah yang termahal di dunia, karena masih berkonsentrasi pada transportasi darat.
Ia mencontohkan, ongkos distribusi kontainer Jakarta-Padang bisa dua kali lebih mahal dari pada distribusi Jakarta-Hamburg.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan masa Presiden Megawati itu pun tidak habis pikir mengapa orang Indonesia lebih menyukai transportasi darat yang mahal.
Apalagi, transportasi darat juga membutuhkan dana perawatan jalan yang mencapai ratusan miliar rupiah tiap tahun.
Karenanya, Rokhmin terus mendorong agar pemerintah lebih mengutamakan kelautan ketimbang darat, mengingat Indonesia dikelilingi lautan.
"Mari membangun bidang kelautan untuk meningkatkan daya saing. Indonesia menjadi poros maritim dunia," kata dia.
Menurut Rokhmin, untuk membangun Indonesia bisa dimulai dari Kepri, karena letak Kepri yang strategis di Selat Malaka dan berbatasan dengan empat Negara Jiran.
Kepri sangat diuntungkan dari letak geografisnya, karena Selat Malaka adalah selat terpadat di dunia, sehingga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
"Sebanyak 45 persen dari seluruh barang komoditas seluruh dunia, dikapalkan melalui laut kita. Dengan nilai 1.500 triliun dolar AS," kata dia.
Di tempat yang sama, Penjabat Gubernur Kepri Agung Mulyana mendorong agar provinsi itu menjadi pintu logistik untuk Indonesia, karena letaknya yang strategis berada di Selat Malaka dan berbatasan dengan empat negara jiran.
Ia mengusulkan untuk menjadikan satu pulau di Kepri menjadi hub bagi alur ke luar-masuk kapal-kapal asing menuju Indonesia dan sebaliknya.
Kepri, terutama Batam sangat potensial menjadi pelabuhan transhipment, karena sebanyak 150-200 kapal internasional melayari Selat Malaka, melewati pulau-pulau di Kota kepulauan itu.
"Kepri potensial, karena baru ada satu pelabuhan hub. Itu di Singapura. Padahal bisa kita buat rest laut. Sampai ke Natuna" kata dia.
Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015