Jakarta (ANTARA News) - Parlemen Republik Islam Iran menghargai langkah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi dalam mengupayakan peredaan konflik di antara umat Islam, termasuk di Timur Tengah. "Kami menghargai langkah KH Hasyim Muzadi dalam mempersatukan umat Islam, tidak hanya di Indonesia, melainkan juga umat Islam di seluruh dunia," kata Ketua Parlemen Republik Islam Iran Dr Gholam Ali Hadad Adel saat berkunjung ke Kantor PBNU, di Jakarta, Kamis. Menurut, Gholam Ali, langkah itu dinilai cukup efektif dalam mempersatukan umat Islam, terutama konflik yang saat ini terjadi di Timur Tengah. Pada akhir Januari hingga awal Februari lalu, Hasyim melakukan kunjungan atau "roadshow" ke sejumlah negara guna mensosialisasikan gagasan meredakan konflik antara kelompok Sunni dengan Syiah di Irak. Dalam lawatan tersebut, Hasyim bertemu dengan Presiden Suriah Basyar Asad dan Wapres Farouq Al-Syara, Komandan Markas Biro Politik Hamas Cholid Meshaal, Mufti Republik dan Menteri Agama Lebanon Syekh Muhammad Rosyid Kabbany, Wakil Imam Syiah di Libanon Syekh Amir Qobalany dan Rektor Universitas Internasional Libanon Dr Ahmad Husan. Kunjungan Gholam Ali ke PBNU diikuti sembilan anggota Parlemen Iran lainnya, serta Duta Besar Iran untuk Indonesia Behrooz Kamalvandi. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam tersebut, Gholam menyatakan, persatuan umat Islam adalah sebuah keharusan. Jika tidak, maka umat Islam yang jumlahnya besar akan mudah dipecah-belah. Kondisi tersebut akan semakin memudahkan bagi bangsa lain untuk mencampuri urusan umat Islam. "Jika umat Islam bersatu, mana mungkin Amerika Serikat akan campur tangan memecahkan masalah di negara Islam," katanya. Pertikaian antarsekte Islam di Pakistan, Irak dan sejumlah negara Islam lainnya, menurut Gholam Ali, merupakan contoh betapa umat Islam mudah sekali diadu-domba oleh pihak asing. Gholam Ali mengingatkan, konflik di antara umat Islam di Timur Tengah saat ini bukanlah semata konflik aliran, melainkan buah hasil dari hasutan dan fitnah dari musuh Islam, terutama zionis Israel. "Di Pakistan, selama berabad-abad Sunni dan Syiah hidup berdampingan. Namun kenapa baru-baru ini muncul konflik dan saling membunuh," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007