Denpasar (ANTARA News) - Terdakwa Margriet Megawe sering memerintahkan Engeline untuk membersihkan rumah ibu angkatnya itu setelah memberi makan 300 ekor ayam, 13 kucing dan 3 anjing peliharaan setiap hari.

"Terdakwa sering memerintahkan korban untuk mengepel lantai dapur dan kamar terdakwa," ujar saksi Franky Alexander Marenggang di Pengadilan Negeri Denpasar, Kamis.

Dalam sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Edward Harris Sinaga itu, saksi sering melihat Engeline dimarahi Margriet jika Engeline tidak melaksanakan tugas dengan benar.

Fanky mengakui pernah mendengar Engeline dimarahi Margriet dengan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan untuk anak seusia Engeline.

"Saya mendengar ucapan Margriet seperti ini, 'Kamu jangan jadi pendusta, penipu, pembohong ya!. Sudah saya kasi makan dan sudah saya kasi hidup'," ujar Franky.

Dia menegaskan, saat itu suara Margriet sangat kencang terdengar jelas memarahi Engeline di dalam kamar.

Dia mengaku sering melihat Engeline setiap hari pada pukul 05.30 WITA sering memberi makan 300 ekor ayam, 13 ekor kucing dan 3 ekor anjing milik Margriet, sebelum Engeline berangkat bersekolah di SDN 12 Sanur, Denpasar.

"Selama saya tinggal bersama Margriet, sering melihat korban bangun pagi untuk membantu saksi setiap harinya memberi makan hewan peliharaan Margriet," kata Franky.

Dia menuturkan, kronologi pertemuannya dengan Margriet di mana dia mengenal keluarga Megawe sejak lama dan baru bertemu Margriet pada 16 Desember 2014 untuk merayakan Hari Natal dan tahun baru di Bali.

Dia di rumah terdakwa di Jalan Sedap Malam, Denpasar, sejak 16 Desember 2014 hingga 9 Maret 2015 (tiga bulan) bersama istrinya Laurent Soriton dan kerabatnya Juliet Cristen Hartayo.

Saat itu, saksi ditawari bekerja oleh terdakwa untuk menggantikan pekerjaan Arnol yang sebelumnya bekerja memberikan makan ayam di rumah Margriet mengurus hewan peliharaan terdakwa.

"Saya ditawarkan bekerja Margriet untuk membantu-bantu mengurus hewan peliharaan dengan gaji Rp500 ribu perbulan dan bekerja di Margriet dua bulan gajian," ujar.

Pihaknya menambahkan, saat Engeline membantu Franky memberi makan ayam, dia sempat melarang korban mengambil pekerjaan berat itu, namun Engeline mengatakan kepada saksi bahwa takut dimarahi Margriet.

"Kalau untuk anjing dan kucing terdakwa diberi makanan yang dimasak dan khusus ditaruh di kulkas, untuk ayam berupa makanan khusus," kata dia.

Saat Engeline hilang, Franky sudah kembali ke kampung halamannya di Balikpapan, Kalimantan Barat, pada 10 Maret 2015 dan tidak pernah bertanya bagaimana kabar Engeline.

"Saya mengetahui Engeline hilang diculik pada 16 Mei 2015 dari Margriet melalui telepon dan perasaan saya saat itu puji tuhan Engeline diculik orang, karena selama tinggal di rumah Margriet, korban tidak dapat kehidupan layak dan saya yakin Engeline mendapat hidupnya lebih enak dari pada tinggal di rumah Margriet," ujar dia.

Dia juga sering menceritakan kepada keluarganya di Balikpapan bahwa Engeline sering dipukul dan dimarahi terdakwa.

Franky mengetahui Engeline meninggal terkubur di Jalan Sedap Malam, Denpasar, pada 10 Juni 2015, dari siaran televisi milik tetangga di Balikpapan.

"Saat mengetahui Engeline meninggal perasaan saya sedih karena selam tiga bulan bersama Engeline sangat merasa kehilangan," ujar Franky.

Pewarta: I Made Surya
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015