Pak Maroef kapan-kapan kita ketemu lagi, ngopi-ngopi

Jakarta (ANTARA News) - Presiden Direktur PT. Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin mengatakan pada sidang etik Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) hari kedua Kamis ini di Gedung DPR RI bahwa inisiatif pertemuan dengan Ketua DPR RI Setya Novanto berasal dari Novanto.

Maroef mengatakan, sebelum diajak bertemu Novanto, dia disarankan oleh salah seorang komisaris PT Freeport Marzuki Darusman, untuk bertemu Ketua DPR, Ketua DPD dan Ketua MPR.

Setelah pertemuan resmi pertama yang berlangsung 30 sampai 40 menit, Novanto lalu mengajak Maroef untuk bertemu lagi.

"Pak Maroef kapan-kapan kita ketemu lagi, ngopi-ngopi," ajak Novanto seperti ditirukan Maroef kepada MKD.

Lalu Novanto berjanji untuk mengenalkan kawannya dan kemudian Maroef pamit.

Setelah beberapa lama dari pertemuan pertama itu, Maroef menerima pesan singkat SMS dari Novanto.

"Isinya singkat, 'bisa saya call (panggil)'," sambung Maroef.

Maroef merasa tidak sopan kalau dia yang ditelepon Ketua DPR, sehingga kemudian dialah yang menelepon Setya Novanto.

"Saya merasa lebih santun kalau saya yang menelepon," kata Maroef.

Novanto mengajak bertemu dengan tempat ditentukan oleh pihak Novanto pada 13 Mei 2015 di Hotel Ritz Carlton, Lantai 21. Pertemuan kedua ini berlangsung kira-kira satu jam.

Namun pada pertemuan kedua ini Maroef menangkap keanehan karena ternyata dia bertemu dengan seseorang yang tidak dia kenal, yakni orang yang kemudian dikenal sebagai Riza Chalid yang tak lain seorang pengusaha.

Dia bertambah heran setelah Riza dan Novanto malah membahas perpanjangan kontrak dan permintaan saham.

"Setelah pertemuan itu, saya analisis secara pribadi, dan insting-insting saya jalan, kenapa perpanjangan kontrak Freeport dibahas Ketua DPR dan pengusaha, kenapa Pak Ketua DPR tidak didampingi komisi dan kolega DPR yang lain," papar Maroef yang selama 34 tahun menjadi prajurit TNI dan terakhir berkarya pada Badan Intelijen Negara (BIN).

Setelah itu dia kembali dihubungi pihak Novanto, dan kali ini inisiatif datang dari Riza yang mengajak bertemu dengan mengaku akan juga bersama Novanto.

Mereka mengajak Maroef bertemu dengan tempat sama di hotel sama di lantai yang sama. Tetapi Maroef tak terlalu menanggapinya, dengan malah menyuruh stafnya untuk menanyakan staf Novanto mengenai kebenaran rencana pertemuan itu.

Berbekal kecurigaan dari hasil pertemuan kedua, kali ini Maroef bersiap dengan berniat mendokumentasikan pertemuannya dengan kedua orang itu, dengan alasan sebagai upapa jaga-jaga dari kemungkinan hukum yang buruk.

"Saya curiga disuruh ketemu lagi, maka saya siap-siap," kata Maroef, apalagi pertemuan ternyata tidak melibatkan para staf baik pihak Novanto maupun pihak Maroef.

Maroef pun bertekad merekam pembicaraan itu dengan ponselnya.

"Tak ada yang menyuruh (merekam pembicaraan), itu inisiatif saya," kata dia.

"Waktu saya masuk, HP saya di atas meja, sudah dalam posisi merekam. Posisi duduk, sebelah kiri saya Pak Ketua DPR sebelah kanan Saudara Riza. HP saya taruh di atas meja. Tidak berhenti sedikit pun sampai selesai. Subtansinya persis (seperti diputar MKD) semalam (Rabu malam)," ungkap Maroef.

Setelah itu dia menyampaikan isi pertemuan dengan bos besar induk Freeport di Amerika Serikat, James Robert Moffet atau biasa disapa Jim Bob.

Jim Bob lalu mendorong Maroef untuk transparan saja dan menjunjung akuntabilitas.

Maroef sendiri merasa, karena pembicaraan dengan Novanto malah menyebut-nyebut saham dan perpanjangan kontrak, arah pembicaraan dan pertemuan ini tidak benar.

"Saya tahu ini akan melanggar (hukum)," kata Maroef seraya menyatakan bahwa dia dan Freeport tunduk juga kepada aturan transparansi dan etika bisnis di Amerika Serikat.

Saat bersamaan Maroef mendapati fakta isu-isu mengenai Freeport lagi panas dan sensitif di Indonesia, bukan saja menyangkut isu bisnis tetapi juga sudah melebar ke luar aspek bisnis, seperti politik.

Dia khawatir Novanto mempelintir pertemuan mereka, apalagi Moffet tengah berada di Indonesia dalam urusan negosiasi kontrak PT Freeport dengan pemerintah Indonesia yang kemungkinan bertemu juga dengan para pihak berkepentingan di Indonesia.

Kemudian, seperti pernah dipesankan para menteri ESDM sebelum Sudirman Said agar Freeport selalu mengupdate perkembangan menyangkut mereka kepada ESDM, Maroef memutuskan untuk menyampaikan perkembangan-perkembangan terakhir yang dilaluinya itu kepada Sudirman.

Dia lalu menemui Sudirman.

"Pak Menteri, Jim Bob sudah ada di sini, saya minta arahan...saya juga sudah ketemu dengan Ketua DPR RI, minta perpanjangan kontak dan saham," aku Maroef kepada Sudirman.

Sudirman lalu bereaksi dengan berkata "itu tidak bener", ketika Maroef mengaku bahwa Novanto membahas perpanjangan kontrak dan permintaan saham, apalagi dalam pertemuan itu disebut-sebut Presiden dan Wakil Presiden.

Sudirman kemudian menanyai Maroef apakah Maroef memiliki bukti.

Maroef menjawab, "Saya merekam Pak."

Sudirman lalu meminta Maroef menyampaikan transkrip rekaman, namun meminta rangkumannya saja.

Maroef menandaskan bahwa hanya dia yang menyimpan rekaman itu, tidak memberikan ke siapa pun.

"Bahkan kalau Pak Menteri tidak minta, saya pun tak akan berikan," kata dia kepada MKD DPR.

Setelah Jim Moffet datang lagi ke Indonesia, Maroef kemudian memutuskan memberi salinan rekaman lengkap kepada Menteri ESDM.

Baca juga : Sudirman Said anak buah Maroef Sjamsoeddin?

Namun, saat Ketua sidang MKD Junimart Girsang meminta rekaman asli demi verifikasi bukti oleh MKD, Maroef mengaku rekaman asli dalam ponselnya sudah diserahkan kepada Kejaksaan Agung karena diminta Kejaksaan.

Maroef berjanji segera memberikan rekaman asli kepada MKD hari ini karena Kejaksaaan Agung sudah menjanjikan memberikannya Rabu malam kemarin.

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015