Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak melemah sebesar 76 poin menjadi Rp13.856 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.780 per dolar AS.

"Dolar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia setelah Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen memberikan sinyal kesiapannya untuk menaikan suku bunga seiring dengan data AS mengindikasikan solidnya pasar tenaga kerja," kata Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Kamis.

Ia mengemukakan bahwa laporan tenaga kerja versi ADP (Automatic Data Processing) menunjukan terjadi penambahan pekerja di sektor swasta sebanyak 217.000 pada bulan November, sementara produktifitas diluar sektor pertanian juga menunjukan peningkatan.

Ia menambahkan bahwa menguatnya dolar AS juga telah menekan harga komoditas dunia, situasi itu juga dapat mempengaruhi kinerja korporasi di dalam negeri yang akhirnya turut memperlambat laju ekonomi nasional.

Kendati demikian, ia mengatakan bawha koreksi mata uang rupiah masih cenderung tertahan lebih dalam seiring dengan kondisi fundamental ekonomi domestik yang masih cukup solid serta adanya penjagaan dari Bank Indonesia.

"Fundamental ekonomi nasional masih positif, situasi itu dapat menahan koreksi rupiah lebih dalam, selain itu Bank Indonesia juga masih berada di pasar valas untuk menjaga fluktuasinya."

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa mata uang di negara-negara berkembang juga mengalami koreksi terhadap dolar AS di tengah antisipasi investor terhadap kebijakan moneter dari bank sentral Eropa dan bank sentral AS (the Fed).

"Perbedaan kebijakan moneter antara ECB yang akan melonggarkan stimulus dan bank sentral AS (the Fed) yang akan memperketat membuat investor menahan transaksinya pada aset di negara berkembang termasuk Indonesia," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015