Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan India bertekad meningkatkan kerja sama di berbagai bidang dan berpacu mengurangi ketertinggalan dalam pencapaian hubungan bilateral karena sesungguhnya belum merefleksikan potensi yang keduanya miliki.
"Peningkatan kerja sama di berbagai bidang secara intensif tercermin sejak tahun 2000-an dan kerja sama ini berlangsung pada berbagai tataran mulai dari pemimpin negara, elemen-elemen pemangku kepentingan di pemerintah, swasta dan masyarakat," kata Duta Besar Indonesia untuk India Rizali Wilmar Indrakusuma dalam wawancara dengan Antara di ruang kerjanya di KBRI New Delhi baru-baru ini.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kenegaraan ke India.
Kunjungan kenegaraan pada 24-26 Januari 2011 ini bertujuan untuk memenuhi undangan Presiden India sebagai Tamu Utama (Chief Guest) dalam acara Hari Republik (Republic Day) India, 26 Januari 2011.
Di antara pengusaha yang ikut dalam rombongan Presiden SBY ke India itu ialah Anindya Bakrie. Dalam blognya, Anindya bercerita tentang sejarah perjalanan hubungan kedua negara dan kesan-kesannya selama kunjungan tersebut.
Menengok sejarah lebih jauh, hubungan Indonesia-India ini sudah dimulai sejak zaman dahulu kala. Sejak ribuan tahun lalu, pelaut kedua bangsa sudah saling berlayar dan berkunjung. Pertukaran sosial-budaya pun terjadi.
Lihat saja pengaruh budaya India seperti cerita Ramayana dan Mahabharata yang mewarnai cerita wayang Indonesia, juga musik India yang mempengaruhi musik Melayu, lalu menjadi musik dangdut, dan banyak lagi contoh lainnya.
Menengok hal tersebut tak heran jika "chemistry" kedua bangsa ini begitu kuat. Dua negara ini juga banyak persamaan, yaitu sama-sama menjadi negara demokrasi dengan penduduk besar dan plural. Karena banyak yang sama, dan punya hubungan baik, keduanya seperti saudara. "Saya merasakan sendiri hal itu saat melihat parade Hari Republik," kata dia.
Menurut dia, suasananya meriah dan penuh nuansa Indonesia. Bendera Merah Putih menghiasi di mana-mana dan ada pasukan berkuda yang lengkap dengan atribut merah-putih.
Sejak awal dekade 1990-an, pada masa pemerintahan PM Narasimha Rao, India mencanangkan kebijakan luar negeri Kebijakan Melihat Timur (Look East Policy).
Kebijakan ini dipertegas kembali selama pemerintahan PM. A.B. Vajpayee yang dilanjutkan PM Manmohan Singh dan dipertegas PM Narendra Modi. Hal ini terlihat dari ambisi India untuk memberikan peranan lebih besar kepada kebijakan ekonomi dan kedekatan dengan negara-negara tetangga.
Lebih jauh Dubes Rizali mengatakan puncak komitmen kedua negara untuk meningkatkan hubungan bilateral tercermin melalui penandatanganan "Joint Declaration on the New Strategic Partnership between Indonesia and India" oleh Presiden SBY dan PM Manmohan Singh di New Derli pada 23 November 2005.
Deklarasi kemitraan strategis ini merupakan fondasi kerja sama bagi kedua negara untuk mencapai tujuan-tujuan peningkatan hubungan bilateral.
Komitmen kemitraan strategis dipertegas pada kunjungan Presiden SBY ke India pada Januari 2011 dengan dihasilkannya "Joint Statement: Vision for the Coming Decades, diikuti penandatanganan 32 MoU antarpemerintah dan swasta.
Kemudian kemitraan diperkuat dengan kunjungan PM India ke Indonesia pada Oktober 2013. Kedua negara menandatangani enam kesepakatan di bidang kesehatan, anti korupsi, narkoba, penanganan bencana alam dan akademisi.
Indonesia dan India berusaha meningkatkan perdagangan bilateral yang semula bernilai empat miliar dolar AS pada 2005 menjadi 12 miliar dolar pada 2010.
Kesepakatan "Biennial Trade Ministers Forum, Trade and Investment Forum dan perundingan India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Agreement (CECA) dipandang mampu mendorong pencapaian target dagang kedua negara sebesar 25 miliar dolar pada 2015.
India yang berpenduduk 1,2 miliar jiwa adalah pembeli terbesar batu bara dan minyak kelapa sawit sementara Indonesia memerlukan minyak bumi, bahan kimia, otomotif dan mesin.
"Dalam perdagangan ini, Indonesia telah mencapai surplus mencapai 8 juta dolar AS," kata Dubes Rizali.
Kemajuan dinamis
Hubungan Indonesia-India mengalami kemajuan yang dinamis dan semakin menunjukkan arahnya ketika Presiden KH Abdurrahman Wahid berkunjung ke India 8-9 Februari 2000.
Kunjungan PM India Atal Bihari Vajpayee ke Indonesia pada 10-14 Januari 2001 merupakan bukti semakin kuatnya keinginan kedua negara untuk mempererat kerja sama di segala bidang khususnya ekonomi.
Indonesia dan India sepakat meningkatkan kedekatan hubungan bilateral di berbagai bidang seperti politik, ekonomi dan perdagangan dan bidang-bidang lain yang menjadi kepentingan keduanya.
Presiden Megawati Soekarnoputri yang berkunjung ke India pada 1-5 April 2002 untuk memenuhi undangan PM India Atal Bihari Vajpayee telah menyepakati peningkatan kedekatan hubungan bilateral di bidang politik, ekonomi dan perdagangan.
Dalam rangka menghadiri KTT Asia Afrika dan Peringatan 50 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA), PM India Manmohan Singh berkunjung ke Indonesia dan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Yudhoyono pada 23 April 2005.
Presiden Yudhoyono mengunjungi India pada 21-24 November 2005 ke India atas undangan PM Manmohan Singh. Wapres M. Jusuf Kalla juga mengunjungi India atas undangan Presiden Partai Kongres Sonia Gandhi pada 28-31 Januari 2007 untuk menghadiri konferensi "Peace, Nonviolence adn Empowerment, Gandhian Philosophy in the 21st Century".
Selama kunjungan itu Wapres Jusuf Kalla bertemu dengan PM Manmohan Singh dan Wapres Byron Singh Sekhwat serta bertemu dengan pimpinan organisasi pengusaha Confederation of Indian Industry (CII), Federation of Indian Chambers of Commerce and Industry (FICCI) dan beberapa pengusaha besar India seperti Mittal Group, Tata Group, Essar Group, VideoCon, Reliance dan State Bank of India.
Presiden India Pratibha Devisingh Patil juga mengadakan kunjungan ke Indonesia pada 28 November-1 Desember 2008 bertemu dengan Presiden Yudhoyono dan sejumlah pejabat tinggi. Presiden Yudhoyono mengunjungi India kembali pada 20-21 Desember 2012 untuk menghadiri ASEAN-India Commemorative Summit. PM Manmohan Singh juga kembali mengunjungi Indonesia pada 10-11 Oktober 2013.
"Kedua negara masih harus berusaha keras untuk mencapai target dagang 25 miliar dolar AS karena capaiannya saat ini baru sekitar 18 miliar dolar," kata Dubes Rizali.
Oleh Mohammad Anthoni
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015