Jakarta (ANTARA News) - Pembangunan jalur bus (busway) TransJakarta yang saat ini telah mencapai tujuh koriodor, dinilai belum diikuti dengan ketersediaan feeder (angkutan penghubung) moda tersebut dengan baik.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Nurachman usai rapat dengar pendapat dengan Komisi D DPRD DKI Jakarta, di Jakarta, Kamis, juga mengakui saat ini pihaknya masih mencari pola yang tepat bagi operasionalisasi feeder TransJakarta.
"Kami masih mencari pola yang tepat untuk optimalisasi feeder ini," katanya.
Ia menjelaskan salah satu permasalahan yang mengganjal adalah mengenai sistem pembagian uang tiket antara operator dan BLU TransJakarta.
"Tarif tiket feeder itu untuk bus AC Rp6.500 sementara untuk bus reguler Rp4.000, dari jumlah itu harus dibagi dua antara operator bus dan BLU," katanya.
Dipaparkannya dari Rp6.500 sejumlah Rp4.800 diantaranya untuk operator bus dan Rp1.500 untuk TransJakarta.
Sedangkan untuk bus reguler dari Rp4.000 masing-masing Rp2.000 bagi operator bus dan BLU TransJakarta.
"Bila dijalankan keseluruhannya berarti ada subsidi yang memang harus ditambah, karena harga tiket busway (TransJakarta) Rp3.500 padahal dari feeder diperoleh kurang dari nilai itu per penumpang," tegasnya.
Kesulitan lainnya yang dihadapi untuk mengimplementasikan operasionalisasi feeder busway secara maksimum adalah penjualan tiket itu sendiri.
"Di setiap halte busway belum ada petugas yang khusus menjual tiket feeder ini, padahal orang yang mau naik feeder kan bukan hanya dari terminal seperti Lebak Bulus saja," tegasnya.
Oleh karena itu ia berjanji akan secara bertahap membenahi masalah tersebut. Menurutnya selama ini justru feeder yang di luar sistem seperti Metromini, Bajaj dan motor ojek yang digunakan secara optimal oleh masyarakat untuk mengakses jalur busway.
Feeder busway selama ini adalah perusahaan bus yang trayek busnya di bawah 50 persen bersinggungan dengan jalur busway. Bila lebih dari 50 persen maka perusahaan tersebut diberi kesempatan untuk menjadi anggota konsorsium pengadaan unit bus TransJakarta di koridor tersebut.
Sementara itu terkait operasional sistem tiket terpadu di koridor 4 hingga koridor 7, Nurachman menyatakan, pada Juni sudah dapat beroperasi layaknya seperti koridor 1 hingga koridor 3.
"Saat ini masih dalam proses tender, tinggal lima perusahaan dari 17 perusahaan yang ada. Pada Maret sudah akan ada pemenang dan proses pengerjaan memakan waktu dua hingga tiga bulan," tambahnya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007