Pola makannya harus diatur khusus agar tidak kekurangan ataupun kelebihan gizi yang bisa berakibat buruk pada atlet,"
Balikpapan (ANTARA News) - Pemberian dan pengaturan asupan gizi yang dilakukan pembina olahraga kepada atlet usia dini di Indonesia masih sering asal-asalan dan kurang memerhatikan kebutuhan yang semestinya, kata seorang ahli gizi.
"Banyak pembina atau pelatih yang hanya menargetkan prestasi pada atletnya," kata dokter spesialis gizi dari RS Kanujoso Djatiwibowo Kota Balikpapan dr Martin Ayuningtyas W Mkes; SpGK saat ditemui di Balikpapan, Selasa.
Padahal, jelas dr Ayuningtyas, secara logis prestasi adalah gabungan dari pembinaan mental, latihan fisik dan teknik, serta asupan gizi yang saling mendukung satu dengan lainnya.
"Bagaimana atlet bisa latihan rajin dan bersemangat bila dalam makanan kekurangan karbohidrat, misalnya?," jelasnya.
Oleh karena itu, ia mengimbau para pelatih dan pengurus cabang olahraga untuk memerhatikan asupan makanan dan gizi atlet, dengan memenuhinya sesuai beban latihan dan kebutuhan saat bertanding.
"Atlet itu lebih banyak melakukan kegiatan fisik dibandingkan masyarakat biasa. Jadi, kebutuhan gizi mereka juga lebih banyak dibandingkan masyarakat umumnya. Pola makannya harus diatur khusus agar tidak kekurangan ataupun kelebihan gizi yang bisa berakibat buruk pada atlet," tambahnya.
Ia juga menambahkan apabila ketiga unsur tersebut dipadukan dengan baik, maka atlet-atlet akan memiliki perkembangan fisik, mental dan teknik yang bagus.
Fisik yang prima akan mendukung kondisi mental juara dan teknik yang benar. Sebaliknya mental yang tangguh akan mendorong fisik untuk bertahan di level terbaik.
Selain menjaga asupan gizi, dr Ayuningtyas juga mengingatkan kepada para pelatih dan atlet untuk secara berkala memeriksakan kondisi fisiknya kepada dokter spesialis gizi.
Pemeriksaan tersebut untuk mengetahui kecukupan gizi sehingga kondisi tubuh atlet bisa selalu sehat dan prima.
Selain itu, pelatih dan dokter ahli gizi bagi atlet juga harus mengerti kebutuhan nutrisi setiap atlet yang berbeda-beda.
Ia mencontohkan pemain sayap eks Timnas U-19 Maldini Pali yang mempunyai kebutuhan air paling besar di antara pemain-pemain lainnya setelah bertanding.
"Jadi kebutuhan gizi atlet bisa berbeda-beda secara individu, baik dalam cabang olahraga yang sama maupun berbeda," imbuh dr Ayu.
Pewarta: Novi Abdi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015