Jakarta (ANTARA News) - Jumlah pasien pascabanjir yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta Pusat, sampai saat ini mencapai 333 orang yang didominasi para penderita diare, terutama di kalangan balita. Kepala Bidang (Kabid) Perawatan RSUD Tarakan, Zuraidah, di Jakarta, Kamis, mengatakan ke-333 pasien merupakan angka keseluruhan pasien yang dirawat inap sejak pascabanjir sampai sekarang, sedangkan pasien yang masih dirawat di RSUD Tarakan sampai Kamis (15/2) pagi mencapai 181 orang. "Dari 181 pasien tersebut, sebanyak 136 pasien di antaranya merupakan pasien terkena diare, sedangkan sisanya pasien demam berdarah dengue (DBD)," katanya. Menurut Zuraidah, jika melihat data pada Rabu (14/2) kemarin, jumlah pasien hari ini mengalami penurunan. Kalau kemarin mencapai 191 pasien pasca banjir yang dirawat inap. Penurunan jumlah pasien itu, akibat adanya pasien yang sudah diperbolehkan pulang atau dirawat jalan. Ia juga menyebutkan adanya satu pasien diare yang sampai sekarang harus dirawat di ruangan ICU karena kondisi kesehatannya yang terus memburuk, yakni Aisyah Nabilla (1 th). "Kondisi Aisyah sejak dirawat di RSUD Tarakan pada Selasa (13/2), terus memburuk hingga pada Rabu kemarin harus dipindahkan perawatannya ke ruang ICU," katanya. Dikatakannya memburuknya kondisi Aisyah ditandai dengan gejala demam tinggi yang tidak turun-turun sembari disertai kejang-kejang. "Kami memindahkan perawatannya ke ruang ICU setelah kondisi demam yang tidak turun-turun sembari disertai kejang-kejang," katanya. Sementara itu, pasien pascabanjir di RSUD Tarakan masih tetap memenuhi selasar atau lorong rumah sakit dengan menggunakan tempat tidur lipat (velbed) akibat terbatasnya kapasitas tempat tidur dan ruangan yang ada. RSUD Tarakan sendiri memiliki 155 velbed dan pada Selasa (13/2) tercatat telah digunakan sebanyak 104 velbed dan sisanya akan terus disiagakan jika terjadi lonjakan jumlah pasien pasca banjir. (*)
Copyright © ANTARA 2007