Keputusan IMF untuk memasukan Yuan ke special drawing right kita sambut baik, karena keputusan ini berdampak positif bagi kinerja perdagangan Indonesia, khususnya dengan Tingkok,"

Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menilai Indonesia diuntungkan dengan keputusan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang menjadikan mata uang Tiongkok Yuan sebagai alat transaksi internasional yang berlaku secara global.

"Keputusan IMF untuk memasukan Yuan ke special drawing right kita sambut baik, karena keputusan ini berdampak positif bagi kinerja perdagangan Indonesia, khususnya dengan Tingkok," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Jakarta, Selasa.

Hal tersebut, kata Agus, dikarenakan Indonesia memiliki volume perdagangan yang besar dengan Tiongkok dengan nilai impor Indonesia ke Tiongkok bisa mencapai 30 miliar dolar AS, sedangkan ekspor ke Tiongkok 14-15 miliar dolar AS.

"Nantinya ekspor dan impor juga bisa menggunakan mata uang yuan dan rupiah semakin dapat diwujudkan. Untuk Indonesia tentu lebih baik," ujarnya.

Akan tetapi, lanjut dia, untuk mewujdukan perdagangan dengan menggunakan yuan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat karena perlu sosialisasi yang baik oleh otoritas di Tiongkok yang bertanggung jawab terhadap yuan.

Agus menambahkan, dengan masuknya yuan ke dalam jajaran mata uang global, negara-negara di dunia memiliki banyak pilihan mata uang yang bisa digunakan untuk bertransaksi ataupun investasi.

"Secara umum, kita sambut baik masuknya yuan ke dalam SDR. Apalagi, kita selama ini juga sudah memasukkan yuan ke dalam cadangan devisa," ujar Agus.

Dari informasi yang dihimpun Antara, keputusan Dewan Eksekutif IMF menambahkan yuan atau dikenal sebagai renminbi di SDR bersama dolar Amerika Serikat (AS), euro, poundsterling dan yen menjadi tonggak penting integrasi Tiongkok dalam sistem keuangan global dan komitmen melakukan reformasi.

Pemerintahan Tiongkok telah melakukan sejumlah reformasi untuk memenuhi kriteria IMF. Tiongkok memberikan akses lebih baik bagi orang asing ke pasar mata uangnya, penerbitan utang lebih sering dan jam perdagangan yuan ditingkatkan.

Akan tetapi, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengharapkan Tiongkok tidak hanya berhenti di situ.

"Upaya kelanjutan dan pendalaman ini akan membawa sistem moneter dan keuangan internasional lebih kuat sehingga pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan dan stabilitas Tiongkok dan ekonomi global," ujar Lagarde.

Yuan memiliki bobot 10,92 persen dalam SDR tersebut, sejalan dengan harapan. Hal itu dilakukan setelah review dari rumus bobot untuk SDR yang menentukan mata uang negara mana yang dapat menerima sebagai bagian dari pinjaman IMF.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015