"Banyak pembeli Indonesia masih takut dan ragu belanja online karena khawatir tidak bisa mengembalikan barang bila tidak cocok," kata Managing Director Zalora Indonesia Anthony Fung di Jakarta, Selasa.
Melalui kerjasama ini, pembeli dapat mengembalikan barang yang dibeli dari Zalora lewat kantor Pos Indonesia yang tersebar di pelosok nusantara. Jangkauan kantor pos yang luas di Indonesia menjadi salah satu faktor yang mendorong kerjasama Zalora, imbuh Anthony.
Apalagi, sebesar 70 persen pesanan Zalora berasal dari luar Jakarta. Hingga kini ada lebih dari 2.900 outlet kantor pos Indonesia yang siap melayani fasilitas pengembalian barang ke gudang Zalora secara cuma-cuma.
Sekretaris Perusahaan PT Pos Indonesia Amrizal mengemukakan proyek kerjasama dengan Zalora ini telah berjalan selama dua bulan. Pihaknya akan menambah jumlah kantor pos yang bisa bekerjasama agar semakin banyak konsumen khususnya di luar Jakarta yang dapat terlayani.
"Dalam waktu dekat kami bisa naikkan totalnya jadi 4.000 karena kuncinya adalah online, sedangkan 90 persen kantor pos sudah online," imbuh dia.
Para konsumen Zalora yang tidak puas dengan produk yang dipesannya dapat mengembalikan dengan cara mengisi formulir Return Zalora di laman zalora.co.id/return. Kemudian, kemas produk dalam tas, kotak atau plastik Zalora dan tempelkan stiker return di bagian luar bungkus. Bawa produk yang ingin dikembalikan ke kantor pos.
Konsumen akan mendapat uang kembali atau produk pengganti setelah ada konfirmasi bahwa barang telah dikembalikan ke gudang Zalora dalam waktu maksimum tujuh hari kerja. Anthony menambahkan persentase pengembalian barang di Zalora Indonesia terbilang kecil, bahkan tidak mencapai sepuluh persen.
Hal tersebut berbanding terbalik di tempat di mana e-commerce sudah menjadi hal lumrah, misalnya Jerman yang mencapai 60 persen.
"Ini adalah antisipasi kami atas perkembangan e-commerce di Indonesia yang berarti pengembalian barang juga kelak meningkat," imbuh dia.
Di Indonesia, baru satu persen transaksi ritel dilakukan secara online, sementara di Tiongkok telah mencapai 10,7 persen.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015