Beijing (ANTARA News) - Para pemain sepakbola nasional Cina mengutuk penghancuran stadion,-- tempat tim mereka pernah bertanding untuk lolos ke Piala Dunia 2002,-- setelah dirubuhkan rata dengan tanah untuk dijadikan pusat pembelajaan modern. "Saya amat tertekan," tulis China Daily Kamis mengutip pemain tengah Zhao Junzhe setelah dinamit Senin meluluhlantakkan Stadion Wulishe yang terletak bagian timur kota Shenyang. "Saya tidak mengerti mengapa mereka meratakan dengan tanah. Kita seharusnya tidak menghancurkan segala sesuatunya. Saya pikir kita perlu memelihara kenangan terhadap kemenangan sepakbola Cina," katanya. Stadion itu yang dibangun pada 1989, menjadi favorit bagi para pemain dan penggemar karena di tempat itu terjadi kemenangan Cina 1-0 atas Oman pada Oktober 2001, kemenangan yang membawa negara itu ke final Piala Dunia pertama kalinya. "Kenangan dihancurkan" tulis harian Cina Titan Sports. "Hanya perlu waktu tujuh detik untuk menghancurkan satu-satunya tempat yang di Cina yang mengingatkan kepada Piala Dunia," lanjut tulisan di koran itu. Karangan bunga dukacita diletakkan sekitar stadion itu pekan ini dan mantan rekan-rekan satu tim Zhao yang turun dalam pertandingan bersejarah itu menangis dalam mengenang nostalgia. "Di sana banyak terkandung emosi...Saya tak akan pernah melupakannya," katanya seperti dikutip China Daily. Sadar atas kepekaan situasi, pemerintah di Provinsi Liaoning dengan ibukota Shenyang melarang media memberitakan penghancuran stadion itu, tapi emosi tetap tinggi. "Saya menangis sepanjang malam...stadion itu menjadi simbol bagi kota ini," kata Zhou Zhe, warga setempat berusia 24 tahun. Di seluruh Cina, gedung-gedung bersejarah dengan arsitek indah dihancurkan untuk mendirikan gedung-gedung pencakar langit dan pusat pembelanjaan modern saat negara itu mengalami kemajuan ekonomi besar-besaran. Tapi kontroversi seperti terjadi di Shenyang jarang menjadi berita utama dalam pers yang diawasi pemerintah, demikian AFP.(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007