Jakarta (ANTARA News) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk sementara menyerahkan kebijakan mengenai pengadaan stok vaksin flu burung (Avian Influenza/AI) untuk manusia kepada masing-masing negara. "Menurut tim ahli kami, WHO tidak punya posisi dalam penyetokan vaksin pre-pandemi avian influenza saat ini. Sampai sebuah kebijakan dibuat, WHO percaya setiap negara punya keputusan tersendiri tentang itu," kata pejabat bagian Imunisasi, Vaksin dan Bahan Biologis WHO Jenewa, Andrei Muchnik, kepada ANTARA Jakarta, Kamis. Dalam pernyataan yang disampaikan melalui surat elektronik tersebut, Andrei menyatakan dalam hal ini WHO menyadari pertimbangan setiap negara untuk membuat keputusan tentang penyediaan vaksin prepandemi AI sangat bervariasi. "WHO sedang mempelajari situasi untuk menentukan apakah kebijakan khusus harus dibuat," katanya. Pemerintah Indonesia sendiri, 7 Februari lalu telah membuat nota kesepahaman kerja sama dengan Baxter Healthcare SA, Swiss (bagian dari Baxter.Inc Amerika Serikat-red) untuk mengembangkan dan memroduksi vaksin flu burung dari virus H5N1 strain Indonesia. Kebijakan itu, kata dia, diambil untuk mengendalikan penularan virus flu burung yang saat ini telah menyerang 84 orang Indonesia dan mengakibatkan 64 di antaranya meninggal dunia. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan dalam kerjasama ini Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan akan menyediakan spesimen klinis virus H5N1 dan Baxter akan melakukan alih teknologi pembuatan vaksin AI yang meliputi formulasi, pengisian hingga penyelesaian produk vaksin. Terkait dengan hal itu, beberapa peneliti lokal menilai pemerintah terlalu tergesa-gesa dalam membuat keputusan untuk memproduksi dan melakukan stok vaksin flu burung bekerja sama dengan Baxter. Sejumlah anggota DPR bahkan menyatakan bahwa kerjasama itu tidak menguntungkan bagi RI, sehingga tidak setuju dengan keputusan pemerintah. (*)

Copyright © ANTARA 2007