Jakarta (ANTARA News) - Pelatnas Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) berjanji akan adil menggunakan hak istimewa penentuan atlet Pelatnas dan non Pelatnas yang bakal mengikuti Olimpiade 2016.
"Pada nomor tunggal, kami harus berlaku adil. Misalnya, Maria Febe dan Linda Wenifanetri. Jika Febe ada pada peringkat 20 besar dan Linda ternyata pada peringkat 30 besar dunia, kami tidak perlu hak prerogatif itu karena perbedaan poin jauh," kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rexy Mainaky di Jakarta, Sabtu.
Rexy melanjutkan jika perbedaan peringkat dunia dalam catatan BWF antara Febe dan Linda tidak terpaut jauh, PBSI akan menyeleksi kedua pemain dengan sejumlah tolok ukur.
"Kami akan melihat pertandingan mereka dengan pemain-pemain peringkat 10 besar dunia. Jika Linda banyak mengalahkan pemain yang masuk peringkat 10 besar dunia, dia harus maju ke Olimpiade," kata Rexy.
Tolok ukur berikutnya adalah prestasi atlet pada turnamen tingkat super series baik pada putaran final, semifinal, maupun perempat final.
Sektor tunggal putri Pelatnas PBSI terus memantau perkembangan Linda dengan memberikan porsi latihan sesuai kondisi mental pascacedera.
"Pada tunggal putra, kami tidak tahu kondisi Tommy karena dia sudah tidak berada di Pelatnas dan sejak dari Denmark prestasinya terus melorot," kata dia.
Atlet-atlet tunggal putra Pelatnas PBSI, lanjut Rexy, yang berpeluang mengikuti Olimpiade 2020 adalah Ihsan Maulana Mustofa, Jonatan Christie, dan Anthony Ginting.
"Tunggal putra kami memang masih muda, tapi mereka terus berkembang. Hanya Jonatan yang sekarang agak turun padahal dia sudah mengalahkan unggulan India Srikanth di Makau," kata Rexy.
Rexy menambahkan PBSI mengharapkan ketiga atlet masuk 40 besar dunia sebagai langkah awal mengikuti turnamen super series dan Piala Thomas 2016.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015