Jakarta (ANTARA News) - Wakil Kepala Sekolah SDN Menteng 01, Jakarta Pusat, Hardi Priyono, membantah dengan keras tuduhan bahwa pihaknya telah memberikan pelajaran Islam radikal menyusul santernya berita tentang kandidat Presiden Amerika Serikat, Barack Obama yang pernah menempuh pendidikan di sekolah itu.
"Tidak benar sama sekali dan tuduhan itu tidak berdasar karena yang kami ajarkan di sini sesuai dengan kurikulum yang telah digariskan dan berlaku di SD-SD seluruh Tanah Air," kata Hardi di Jakarta, Rabu.
Pria yang bertugas di sekolah tersebut sejak 1999 itu mengatakan, SDN Menteng 01 yang terletak di Jl Besuki nomor 4 Jakarta Pusat itu adalah sekolah umum yang terbuka bagi semua siswa beragama apa saja.
SD tersebut didirikan oleh Belanda pada 1934 dan diserahterimakan kepada pemerintah Republik Indonesia pada 1961.
Sejak 1961 itulah SDN Menteng 01 selalu memberikan materi pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
SD yang berdiri di kawasan seluas 2.300 m2 itu sejak awal berdiri hingga kini menerima siswa dengan berbagai latar belakang agama.
"Tahun ini siswa kami sebanyak 474, mereka ada yang beragama Islam, Kristen, dan juga Hindu. Semua kami terima di sini," katanya.
Menurut dia, siswanya memang 90 persen beragama Islam tetapi itu lebih karena penduduk Indonesia sebagian besar merupakan penganut Islam.
Meski begitu, pihaknya tetap mengakomodir siswa yang beragama selain Islam untuk mendapatkan pelajaran agama secara proporsional dan sama bobotnya dengan siswa-siswa muslim.
"Kalau sedang ada pelajaran agama ya siswa diajar oleh guru sesuai dengan agamanya di ruangan yang terpisah," katanya.
Di SD Menteng 01 itu, Senator Illinois Amerika Serikat, Barack Obama, memang tercatat pernah menuntut ilmu.
Obama terdaftar dengan nama Barry Soetoro dan menuntut ilmu di sekolah tersebut tidak sampai tamat karena meninggalkan SD itu pada 1971 atau sebelum kelas enam.
Ketika Barry bersekolah di SD tempatnya mengajar, Hardi belum bertugas di sana, tetapi Hardi dapat memastikan Barry tidak mendapat pendidikan Islam radikal seperti yang banyak dituduhkan berbagai pihak selama ini.
"Dalam sejarahnya, karena kami sekolah umum ya yang diajarkan sesuai dengan kurikulum," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007