Canberra (ANTARA News) - Australia, salah satu dari beberapa negara maju di dunia yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Korea Utara, Rabu menyatakan pihaknya ragu-ragu atas apakah perjanjian nuklir dengan Pyongyang itu akan terakhir. Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer menyambut baik kesepakatan Korea Utara untuk menghentikan fasilitas-fasilitas penting nuklirnya dalam dua bulan, untuk diganti dengan bahan bakar serta peluang bagi negara yang terisolasi itu untuk bergabung dengan masyarakat internasional. Tetapi ditanya, apakah dia berpendapat bahwa kesepakatan itu akan bisa membawa kepada penghentian secara permanen atas program nuklir Korea Utara itu, Downer mengatakan: "Berilah mereka kesempatan untuk melakukannya." "Saya tidak yakin apakah perjanjian itu akan bisa dilaksanakan, saya berharap Korea Utara akan melakukannya dan ini hanya permainan di kota." Australia tidak khawatir bahwa Korea Utara mendapatkan hadiah karena ujicoba senjata nuklirnya tahun lalu, katanya. "Tetapi jika mereka membekukan fasilitas nuklir mereka dengan sungguh-sungguh dan menghentikan program nuklir mereka, saya rasa itu akan menjadi sesuatu yang besar. "Kami selalu mengatakan, bahwa masyarakat internasional akan memberikan dukungan kepada satu negara seperti Korea Utara, yang penduduknya dalam keadaan mengerikan, mendapat penukaran kebutuhan-kebutuhannya untuk menutup program nuklir mereka." Downer mengatakan dalam satu pernyataan sebelumnya, bahwa Australia mungkin akan memainkan peranan dalam memberikan beberapa bantuan yang dijanjikan berdasarkan kesepakatan. "Kami sekarang sedang mempertimbangkan kemungkinan pilihan-pilihan untuk memberikan dukungan, seiring dengan yang dipikirkan oleh teman-teman, seperti Amerika Serikat dan Jepang." Menteri Luar Negeri AS, Condoleezza Rice dengan berhati-hati mengatakan bahwa perundingan-perundingan yang sulit mendatang masih menunggu untuk melaksanakan perjanjian multi-tahapan yang kompleks dengan Korea Utara. Pada tahapan pertama, yang diharapkan hanya kesediaan Pyongyang untuk membekukan fasilitas umum nuklirnya dan mengizinkan para pengawas PBB untuk melakukan pemeriksaan. Tahapan berikutnya adalah kesediaan Korea Utara untuk menjelaskan kemampuan sepenuhnya dari program nuklirnya, membongkar semua fasilitas dan menyerahkan senjata atomnya. Rezim yang haus energi ini akan menerima pasokan pertama 50.000 ton bahan bakar, sebagai bagian dari satu juta ton yang disepakati, jika pelaksanaan kesepakatan mencapai kemajuan-kemajuan seperti yang diharapkan dan Korea Utara telah secara permanen tak bisa mengoperasikan fasilitas-fasilitas penting nuklirnya, demikian AFP.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007