Tahun 2011 kami data ada 900 petani penggarap, saat ini sudah kami atasi dan sisanya tinggal 600 petani penggarap. Efeknya tentu ada, sumber air sekarang sedikit terjaga jika musim kemarau tiba,"

Cianjur (ANTARA News) - Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), secara gencar melakukan upaya untuk meminimalisasi kerusakan daerah aliran sungai (DAS) dihulu sungai Cirtarum yang mengalir dari Cianjur Utara ke wilayah Bandung.

Kepala Balai Besar TNGGP, Herry Subagiadi, di Cianjur, Kamis, mengatakan, sejak pendataan tahun 2011, penyebab utama rusaknya DAS Citarum yang mengalir dari TNGGP adalah aktivitas pertanian yang dilakukan warga di hutan di tepian sungai.

"Tahun 2011 kami data ada 900 petani penggarap, saat ini sudah kami atasi dan sisanya tinggal 600 petani penggarap. Efeknya tentu ada, sumber air sekarang sedikit terjaga jika musim kemarau tiba," katanya.

Dia menjelaskan, saat ini pihaknya memberikan pekerjaaan penganti pada 300 petani penggarap serta penyuluhan dan modal untuk mendapat penghasilan lain seperti beternak domba dan kelinci berikut pelatihan pengelolaannya.

Selama ini, ungkap dia, kerusakan terjadi di 12 desa di Cianjur utara, seperti di Desa Ciputri, Tegallega, Kebonpete, Padaluyu, Cimacan, Cirumput, Sukamulya, Ciloto, Sukatani, Galudra, Sarampat dan Sindangjaya.

"Jika dibiarkan petani penggarap akan terus bertambah, sehingga beragam pelatihan kami berikan agar petani tidak lagi menggarap lahan hutan di sekitar aliran DAS Citarum yang pada 2013, mendapat predikat sebagai sungai terkotor di dunia," katanya.

Dia menuturkan, TNGGP mendapat kucuran dana senilai Rp5,2 miliar untuk dana peralihan petani penggarap. Dana untuk dana peralihan selama enam tahun sejak tahun 2011 hingga 2016 itu, digunakan untuk membeli bibit kelinci, domba, dana pelatihan pertanian organik dan penyuluhan rutin.

Petani penggarap hutan di sekitar aliran sungai diberi kelinci, domba atau dilatih untuk bercocok tanam di hutan dekat aliran sungai, sedangkan sisanya akan diberikan hal yang sama setelah rencanaannya dirumuskan dan dilaksanakan februari 2016.

"Jadi sekarang belum bisa kami jawab target penyelesaiannya kapan, yang jelas kami intens melakukan alih pekerjaan bagi petani di sekitar DAS Citarum. Kondisi hulu Citarum tidak pada taraf kritis, namun tetap perlu diperbaiki," katanya.

Sementara itu, Bupati Cianjur, Tjetjep Muchtar Soleh menuturkan, kondisi hulu Citarum baik dan tidak ada masalah, namun antisipasi pelestarian perlu dilakukan."Harus dilestarikan, jangan menunggu alam ini rusak," katanya.

Dia menyebutkan warga di sekitar hulu sungai bukan hanya dicegah melakukan pengarapan, namun harus dibantu untuk mendapat pekerjaan lain agar tidak merambah hutan dan merusak wilayah hulu sungai.

"Warga harus dibantu pelatihan dan permodalan. Saat ini, pemerintah pusat sudah banyak memperhatikan, begitu juga kami pemerintah daerah," katanya.

Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015