Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu pagi, melemah menjadi Rp9.067/9.073 dibandingkanm dengan posisi penutupan hari sebelumnya Rp9.047/9.065, akibat masih berlanjutnya tekanan pasar. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu, mengatakan rupiah terus tertekan menjauhi level Rp9.000 per dolar AS yang diperkirakan akan kembali ke level Rp9.100 per dolar AS. Tekanan terhadap rupiah itu, karena mata uang lokal itu diharapkan tidak berada di bawah posisi Rp9.000 per dolar AS, katanya. Rupiah, lanjut Kostaman, apabila berada di bawah level Rp9.000 per dolar, maka produk ekspor para eksportir kurang kompetitif di pasar ekspor. Karena itu, rupiah yang ideal berada pada posisi Rp9.050 sampai Rp9.100 per dolar AS, sehingga baik eksportir maupun importir masih dapat menikmati keuntungannya, katanya. Menurut dia, tekanan pasar itu terjadi, karena Bank Indonesia (BI) masih masuk di pasar melakukan intervensi dalam upaya menstabilkan rupiah. Karena fungsi bank sentral adalah menjembatani kedua pihak baik eksportir maupun importir dalam melakukan usahanya, katanya. Melemahnya rupiah, katanya, juga ditekan oleh membaiknya dolar AS terhadap yen, setelah hari sebelumnya terpuruk, akibat keluarnya data ekonomi AS bahwa defisit transaksi AS cenderung meningkat dibanding perkiraan sebelumnya. Dolar AS hari ini naik tipis 0,1 persen menjadi 121,25 dan euro turun dari 1,3040 menjadi 1,3030 yen. Menurut dia, dolar AS kemungkinan akan mendukungan The Fed apabila bank sentral itu jadi menurunkan suku bunganya. Ketua Bank Sentral AS, Ben Bennarke akan menyampaikan laporan kepada parlemen mengenai prospek ekonomi AS dan kekhawatirannya terhadap inflasi. Rupiah meski terpuruk namun masih berada di bawah level Rp9.100 per dolar AS. Jadi masih ada peluang untuk membaik kembali, asalkan BI mengendorkan intervensi pasar, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007