Kota Gaza (ANTARA News) - Kelompok pejuang garis keras Palestina Jihad Islam, Selasa, mengancam akan menyerang fasilitas AS jika pemimpin mereka dilukai setelah AS mengumumkan hadiah lima juta dolar bagi penangkapan pemimpin kelompok tersebut. "Setiap pencederaan terhadap sekretaris jendral Jihad Islam akan membahayakan kepentingan Amerika di mana pun di kawasan ini," kata Abu Ahmed, seorang jurubicara sayap militer Jihad Islam, Brigade Al-Quds, dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip AFP. Senin, AS menawarkan hadiah lima juta dolar bagi penangkapan pemimpin Jihad Islam yang berkantor di Damaskus, Ramadan Abdullah Mohammad Shallah, dan Mohammed Ali Hamadei, seorang anggota milisi Syiah Lebanon Hizbullah. Kedua pejuang tersebut termasuk dalam daftar teroris paling diburu FBI. "Brigade Al-Quds, bersama-sama semua kelompok perlawanan, akan menghadapi dengan pasti kebodohan Amerika terhadap para pemimpin bangsa Palestina, apa pun kesetiaan mereka," kata kelompok itu. Jurubicara tersebut mengancam badan rahasia AS dan agen-agen mereka di kawasan itu dengan "gelombang serangan keras yang sasarannya kepentingan Amerika jika mereka melukai sekretaris jendral Shallah atau simbol lain kelompok perlawanan tersebut". Shallah adalah seorang anggota pendiri Jihad Islam, kelompok yang menolak perdamaian dengan Israel dan mengklaim bertanggung jawab atas banyak serangan terhadap Israel, termasuk serangan bom bunuh diri pada 29 Januari di kawasan pesisir Laut Merah Eilat. Pria berusia 48 tahun yang memiliki empat anak itu berada dalam daftar teroris buronan AS sejak 1995 dan dituntut ke meja-hijau atas 53 tuduhan oleh sebuah pengadilan AS pada 2003. Kementerian Luar Negeri AS menyatakan Shallah diburu karena "pola kegiatan kekerasan seperti pemboman, pembunuhan, pemerasan dan pemutihan uang". Mantan akademikus itu meninggalkan wilayah-wilayah Palestina pada 1986 setelah mengajar ilmu ekonomi di Universitas Islam di Kota Gaza selama lima tahun. Ia pergi ke Inggris untuk mencapai gelar doktor di bidang ekonomi di Universitas Durham Inggris pada 1990 sebelum pindah ke AS, dimana ia memimpin sebuah pusat pengkajian Islam di Florida sampai 1995. (*)

Copyright © ANTARA 2007