Jakarta (ANTARA News) - Tak hanya para ibu, kecemasan tingkat tinggi juga kerap melanda para ayah saat menanti kelahiran buah hati mereka, menurut studi dalam Journal of Affective Disorders.

Para peneliti dari the Australian National University (ANU) mengulas 43 studi dan menemukan, kecemasan sebelum dan setelah bayi lahir, mempengaruhi sekitar 1 dari 10 orang pria.

"Pria bisa merasa ditinggalkan proses, karena kehamilan dan kelahiran begitu terkait dengan ibu. Kondisi ini bisa menjadi masalah. Mereka hanya berpikir 'ini bukan tentang saya'," kata salah seorang peneliti, Dr Liana Leach.

Kendati begitu, Leach mengatakan, alasan para ayah dirudung kecemasan dan depresi ini belum sepenuhnya dapat dipahami.

Sementara ini, hasil studi individual memperlihatkan lebih dari 20 persen ayah dan ibu menderita rasa cemas dan depresi, sebelum dan setelah kelahiran anak mereka.

"Memiliki bayi merupakan masa luar biasa bagi banyak orang tua dan sesuatu yang normal jika mereka gugup. Namun, kecemasan bisa menjadi masalah saat terus menerus dialami dan mengganggu hidup, "tutur Leach.

Sejumlah gejala cemas yang kerap muncul di antaranya rasa khawatir pada keselamatan bayi mereka, tegang dan mudah marah. Secara fisik mereka akan merasakan detak jantung yang lebih cepat, berkeringat, kurang tidur dan tak nafsu makan.

"Pasangan harus memperhatikan kesehatan mental mereka saat mengetahui istri hamil. Intervensi dini bisa mengurangi keparahan dan durasi gejala cemas," ujar Leach seperti dilansir siaran publik ANU.

Sejumlah hal seperti dukungan sosial terutama dari pasangan, hambatan ekonomi dan riwayat masalah kesehatan bisa menjadi faktor risiko munculnya kecemasan ini, kata dia.

Penerjemah: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015