Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Satgas Polri untuk Poso, Kombes Pol Tito Carnavian, mengatakan bahwa operasi Polri dalam penegakkan hukum di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), hanyalah solusi jangka pendek dan akar masalahnya belum terselesaikan.
"Ibarat fenomena gunung es, kami hanya menangani pucuknya saja dengan menangkap para tersangka dan buronan," ujarnya di Jakarta, Selasa.
Untuk penyelesaian masalah jangka panjang, menurut dia, Pemerintah perlu menangani dua akar masalah yang terjadi di Poso, yakni masalah lokal dan radikalisme.
"Kalau cepat diatasi, maka Poso juga akan cepat pulih, tapi kalau Pemerintah tidak cepat, maka akan lambat pula," katanya.
Ia menjelaskan, masalah lokal yang perlu diperhatikan adalah adanya dendam dan trauma konflik oleh warga lokal, sehingga membuat mereka membuat berbagai tindak kekerasan.
Basri, salah seorang tersangka kerusuhan Poso yang belum lama ini tertangkap, adalah salah satu contohnya lantaran dia sempat mengaku puas saat membunuh tiga orang sambil membayangkan 26 saudara dekatnya menjadi korban kerusuhan sebelumnya.
"Basri puas melihat darah saat memotong tiga warga Poso. Nah, kisah Basri-Basri semacam ini jumlah masih sangat banyak," katanya.
Selain masalah lokal, ia menilai, di Poso juga mulai muncul radikalisme secara meluas, dan gejala ini sudah berjalan selama enam tahun terakhir ini.
"Radikalisme telah masuk ke desa-desa sehingga terus menjadi banyak. Pada operasi 22 Januari 2007 lalu, ada sekitar 200 orang yang bergabung dengan para buronan," katanya.
Untuk mengatasi dua hal itu, katanya, pemerintah perlu membangun pusat rehabilitasi trauma, dan merehabilitasi para korban kerusuhan Poso.
"Anak korban kerusuhan harus pelihara, para janda harus disantuni," katanya.
Pemerintah juga perlu memulihkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan polisi, karena mereka menilai, kerusuhan sebelumnya terjadi lantaran TNI, Polisi maupun Pemerintah yang tidak mampu memberikan perlindungan, sehingga keluarga mereka pun jadi korban kerusuhan.
Untuk radikalisme, katanya, perlu segera ditekan akarnya tidak berkembang melalui cara mengirimkan para guru agama ke Poso.
"Masyarakat harus dibuat imun terhadap radikalisme, agar bisa menolak ajaran ini," katanya.
Ia khawatirkan, radikalimes itu akan tetap berkembang, kendati sebagian tokohnya telah tertangkap.
"Yang ditangkap kan cuma 30 orang, padahal jumlahnya 200an orang," demikian Carnavian. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007