"Lingkungan permukiman mereka juga sudah mulai tertata serta komunitasnya lebih tanggap terhadap risiko bencana," kata Penjabat Bupati Sleman Gatot Saptadi dalam sambutan tertulis yang dibacakan staf ahli bidang pembangunan Kunto Riyadi dalam satu lokakarya di Sleman, Selasa.
Ia mengatakan pembangunan kembali daerah setelah bencana tidaklah mudah, membutuhkan perencanaan matang dan dana besar serta menuntut keterlibatan penuh warga yang menjadi korban.
Berkat kerja sama yang baik di antara para pemangku kepentingan terkait, termasuk Rekompak, ia mengatakan, kini sebagian besar warga yang terdampak letusan Gunung Merapi 2010 bisa tinggal di rumah yang aman.
Namun, dia menekankan, bahwa pekerjaan Pemerintah Kabupaten Sleman belum usai, masih pekerjaan rumah untuk memindahkan 542 kepala keluarga warga Sleman yang belum bersedia pindah menjauh dari sumber bencana.
"Termasuk 103 KK yang sudah difasilitasi rumah dana bantuan rumah (DBR), tetapi belum konsisten mau menghuni, masih mondar mandir menempati hunian tetap relokasi dan rumah lama yang berada di lokasi asal yang dilarang sebagai tempat untuk hunian," katanya.
Kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait dengan permasalahan relokasi, Penjabat Bupati berharap mereka tetap berkomitmen menyelesaikan segala permasalahan relokasi hunian yang berhubungan dengan kependudukan, sertifikat tanah, dan ekonomi.
Ia menjelaskan sebenarnya Rekompak sudah pamit akhir November 2014 namun kemudian memutuskan untuk melakukan pendampingan guna membantu warga penerima DBR dan Dana Bantuan Lingkungan mengelola infrastruktur dan aset yang masih berfungsi.
"Showroom, kubung jamur, rumah produksi semuanya mulai difungsikan," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015