... banyak faktor, salah satunya bisa disebabkan karena terlalu banyak mengkonsumsi rumput muda...Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Anak gajah sumatera jinak, yang dipelihara di Kamp Flying Squad Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau, mati akibat gas perut.
Tim dokter hewan yang dipimpin drh Muhclisin dari Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan, menyatakan, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dan kerusakan pada fisik gajah berusia dua tahun bernama Tino itu.
"Usus Tino terdapat ruam-ruam merah yang kami duga akibat penumpukan gas pada ususnya. Penyebabnya banyak faktor, salah satunya bisa disebabkan karena terlalu banyak mengkonsumsi rumput muda." kata Muhclisin dalam keterangan pers, di Pekanbaru, Selasa.
Ia menjelaskan, kematian gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) itu dipastikan terjadi Jumat lalu (20/11).
Ia menjelaskan, kematian gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) itu dipastikan terjadi Jumat lalu (20/11).
Menurut dia, gejala penumpukan gas atau dalam bahasa medis disebut bloat, bisa sangat mematikan karena dapat terjadi penumpukan sangat cepat hanya berlangsung dalam hitungan jam, apalagi pada kondisi tubuh gajah yang tidak cukup fit karena pengaruh faktor cuaca.
Tino pertama ditemukan pawangnya (mahout) tim Elephant Flying Squad bernama Erwin Daulay.
Sementara itu, Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Lukita Nistyantara, menyatakan ini kali kedua anak gajah Sumatera dari Flying Squad mati setelah kasus kematian Nela yang misterius pada Mei 2015.
Dengan kematian Tino, jumlah gajah sumatera jinak di Kamp Flying Squad kini tinggal enam,terdiri dari empat gajah dewasa dan sisanya dua gajah anak.
"Kejadian ini adalah pelajaran berharga bahwa tantangan konservasi gajah masih sangat tinggi untuk menjaga keberlangsungan hidup gajah di Sumatera," katanya.
"Kejadian ini adalah pelajaran berharga bahwa tantangan konservasi gajah masih sangat tinggi untuk menjaga keberlangsungan hidup gajah di Sumatera," katanya.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015