Sleman, DIY - Balai Taman Nasional Gunung Merapi menduga populasi elang jawa (Spizaetus bartelzii) yang bermukim di kawasan hutan Gunung Merapi, terus menyusut.
"Pantauan terakhir keberadaan satwa endemik Pulau Jawa itu hanya tersisa tiga saja," kata Penjabat Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Dhany Suryawan, Senin.
Menurut dia, pada kisaran waktu 2009 hingga 2011, jumlah elang jawa yang terpantau di kawasan hutan Gunung Merapi pernah mencapai enam elang.
"Ada beberapa faktor yang memengaruhi seperti bias metode pengamatan, dan ada burung yang bermigrasi ke daerah utara atau sekitar hutang Gunung Merbabu," katanya.
Ia mengatakan, di hutan Merapi sendiri saat ini terpantau ada lima jenis elang yakni jenis elang jawa, elang hitam, elang brontok, elang sikep, elang madu, dan elang bido.
"Dari lima jenis itu, elang jawa yang paling sulit berkembang populasinya. Ini dikarenakan binatang tersebut hanya bertelur satu kali dalam setahun dan telur yang dihasilkan hanya satu buah itupun jika tidak dicuri oleh binatang lain," katanya.
Dhany mengatakan, mengingat pentingnya keberadaan satwa tersebut, tiap tahun TNGM rutin melakukan monitoring terhadap elang.
Kasubag Tata Usaha Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta, Edy Mintaryanto, mengatakan, elang jawa kini masuk dalam daftar satwa endemik Pulau Jawa yang terancam punah. Selain elang, binatang endemik lain yang juga nyaris punah adalah trenggiling dan landak.
"Elang jawa menjadi salah satu perhatian kami karena populasinya tinggal sedikit," katanya.
Berdasar data BKSDA, di lereng Gunung Merapi sisi selatan terpantau setidaknya 94 jenis burung dari 33 famili. Burung ini tidak endemis di Merapi, namun juga bisa hidup di wilayah lain.
"Selain elang jawa, burung jenis elang bondol juga menjadi perhatian karena rentan terhadap perburuan," katanya.
Pewarta: Victorianus Pranyoto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015