Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah 90 poin menjadi Rp13.713 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.623 per dolar AS.
"Mata uang dolar AS bergerak melemah seiring dengan harapan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate) masih cukup tinggi, situasi itu mendorong rupiah bersama kurs negara berkembang lainnya terkoreksi," kata ahli ekonomi Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, di Jakarta.
Menurut dia, nilai tukar rupiah berpeluang mengikuti arus global sehingga ruang pelemahan mata uang domestik masih ada terutama akibat sentimen eksternal seperti peluang naiknya suku bunga AS karena dapat mendorong aliran dana asing di dalam negeri keluar.
"Walaupun sentimen akan datang dan pergi, namun harapan kenaikan suku bunga AS masih membuka ruang pelemahan rupiah ke depan," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Future, Ariston Tjendra, menambahkan, pergerakan pasar uang juga masih dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral Eropa (ECB). Kebijakan ECB yang berlawanan terhadap rencana kebijakan moneter Bank Sentral AS (The Fed) memberikan tekanan bagi aset mata uang berisiko.
"Prospek kenaikan suku bunga The Fed pada Desember sejauh ini belum berubah, para pemangku kebijakan AS semakin serius menaikan suku bunga acuan di bulan Desember mendatang," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, kenaikan dolar AS masih cenderung terbatas karena para investor masih pesimistis terhadap laju kenaikan suku bunga the Fed akan agresif.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia, Senin, mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.696 dibandingkan Jumat (20/11), di posisi Rp13.739 per dolar Amerika Serikat.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015