Jakarta (ANTARA News) - Kerugian industri di Jakarta dan sekitarnya baik kecil, menengah dan besar diperkirakan mencapai 350 juta sampai 400 juta dolar AS atau sekitar Rp31 triliun-Rp36 triliun.
"Angka itu berdasarkan asumsi perusahaan asuransi pada banjir tahun 2002 yang mencapai sekitar 200 juta. Banjir tahun 2007 dampaknya lebih besar dari itu," kata Menperin Fahmi Idris di sela-sela kunjungan ke sejumlah industri di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung dan PT Sharp Electronics Indonesia (SEID), di Jakarta, Selasa.
Menurut Fahmi, banyak industri yang pada banjir tahun 2002 tidak terkena banjir, kini mengalami banjir yang cukup tinggi, seperti SEID dan KBN.
"Tahun 2002 SEID tidak kena banjir, kini akibat banjir SEID mengalami kerugian sebesar Rp150 miliar karena komponen yang tidak bisa terpakai, barang jadinya rusak serta kerusakan mesin," ujarnya.
Industri di KBN Cakung hanya sebagian saja, tetapi sekarang jumlah industri yang terkena banjir lebih banyak dan tingkat ketinggian banjirnya lebih tinggi tahun ini, sehingga kerugiannya mencapai sekitar Rp280 miliar.
Menurut data sementara, kata Fahmi, saat ini sejumlah industri yang mengalami kerugian adalah tujuh pabrik elektronik, tujuh pabrik komponen, dan 23 pabrik komponen.
"Ada beberapa lagi yang belum beri informasi dampak atau kerugiannya," ujar Fahmi. Industri besar lain yang terkena dampak banjir adalah industri telematika, garmen, makanan dan minuman, IKM mebel, dan lain-lain.
Ia mengatakan pihaknya akan menginventarisir lebih lanjut industri yang terkena dampak banjir untuk menentukan usulan kebijakan yang akan dibuat pemerintah mengatasi dampak banjir dan antisipasi di kemudian hari.
"Pendekatan kebijakannya nanti bisa berupa fiskal maupun non- fiskal. Kami menginginkan jangan sampai hal ini (banjir) menyurutkan minat investor dalam maupun luar negeri," katanya.
Fahmi berharap rumusan kebijakan tersebut bisa segera keluar pada Maret atau April 2007.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007