Para peneliti dari Institut Penelitian Nationwide Children's Hospital di Ohio, menganalisa data dari 2917 ibu hamil yang tergabung dalam Collaborative Perinatal Project (CPP) sejak1959 hingga 1974 (periode di mana sedikit orang khawatir tentang efek kafein).
Secara khusus mereka meneliti lebih jauh mengenai metabolit kafein, yakni paraxanthine.
Mereka berharap, dengan menganalisa penanda kafein ini, penelitian serupa kelak bisa dilakukan kembali.
Setelah membandingkan, tingkat paraxanthine di 20 dan 26 minggu kehamilan dengan IQ dan perilaku anak di usia 4 dan 7 tahun, peneliti tidak menemukan pola yang konsisten antara asupan kafein selama hamil dengan IQ serta perilaku anak di kehidupannya.
Hanya saja, anak-anak ini sekitar 11 persen mengalami obesitas di usia 4 dan 7 tahun. Namun, peneliti tidak menemukan kondisi ini dengan asupan kafein yang ibu mereka konsumsi selama hamil.
"Kami mempertimbangkan hasil kami meyakinkan bagi ibu hamil yang mengkonsumsi kafein dalam jumlah moderat atau setara dengan satu atau dua cangkir kopi sehari," kata salah satu peneliti, Sara A Keim, seperti dilansir Medical Daily.
Mereka berharap, dengan menganalisa penanda kafein ini, penelitian serupa kelak bisa dilakukan kembali.
Setelah membandingkan, tingkat paraxanthine di 20 dan 26 minggu kehamilan dengan IQ dan perilaku anak di usia 4 dan 7 tahun, peneliti tidak menemukan pola yang konsisten antara asupan kafein selama hamil dengan IQ serta perilaku anak di kehidupannya.
Hanya saja, anak-anak ini sekitar 11 persen mengalami obesitas di usia 4 dan 7 tahun. Namun, peneliti tidak menemukan kondisi ini dengan asupan kafein yang ibu mereka konsumsi selama hamil.
"Kami mempertimbangkan hasil kami meyakinkan bagi ibu hamil yang mengkonsumsi kafein dalam jumlah moderat atau setara dengan satu atau dua cangkir kopi sehari," kata salah satu peneliti, Sara A Keim, seperti dilansir Medical Daily.
Penerjemah: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015