"Pertama HMI harus mengambil peran sesuai porsinya dalam menghadang paham radikalisme," kata Ketua Umum HMI periode 2006-2008 Jailani Paranddy dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu.
Jailani mengatakan, sebagai bahan renungan, pasca teror Paris pada Jumat (13/11) yang diduga dilancarkan kelompok bersenjata ISIS, bahawa semua negara termasuk Indonesia sepatutnya selalu waspada dan membuat terobosan dalam menghadang paham dan ideologi radikal seperti ISIS dan lain-lain.
"Sebab tidak menutup kemungkinan Indonesia akan mengalami hal yang serupa dimasa mendatang, dan tentu saja sebagai organisasi yang kental dengan pemahaman ideologi, HMI harus mengambil peran sesuai porsinya dan ruang lingkup gerakannya dalam membendung paham ISIS di Indonesia," ujarnya.
Kedua, kata Jailani, menjelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN, HMI harus siap untuk merevitalisasi diri dan organisasinya guna merespon isu-isu ekonomi dan politik di kawasan ASEAN, dan Kongres HMI Pekanbaru menjadi momentum yang pas untuk itu.
"MEA berawal dari sebuah konsep pada 2002 untuk membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015. Ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing," katanya.
Melalui MEA, tarif perdagangan sesama negara anggota berkurang menjadi nol atau nyaris nol sehingga harga barang dan jasa menurun. "Situasi ini harusnya tidak luput dari pemahaman HMI," demikian Jailani Paranddy.
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015