Kupang (ANTARA News) - Pengamat pertanian dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Rafael Leta mengatakan, pemerintah perlu membenahi terlebih dahulu sistem distribusi benih bersubsidi sebelum melanjutkan pemberian bantuan benih kepada petani.
"Sistem yang harus dibenahi antara lain, sumber daya manusia, infrastruktur serta sistem pembangian dan pengendalian di lapangan," kata Rafael Leta kepada Antara di Kupang, Jumat.
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan rencana pemerintah mengalokasikan anggara sebesar Rp1 triliun untuk penyediaan benih bersubsidi pada tahun 2016. Benih bersubsidi itu untuk lahan seluas empat juta hektare.
"Semangat pemerintah untuk membangun pertanian saat ini patut kita beri apreasi, tetapi semangat tersebut belum didukung perangkat SDM, infrastruktur serta sistem pembagian dan pengendalian di lapangan secara baik," katanya.
Akibatnya, walaupun pemerintah menyediakan dana begitu besar untuk membiayai subsidi benih tetapi tidak memberikan hasil maksimal, katanya.
"Karena sistem tidak beres menyebabkan banyak kejadian di lapangan yang tidak sesuai harapan, seperti banyak benih yang kualitasnya tidak bagus karena sistem pengadaan terburu-buru," katanya.
Selain itu, orientasi pemerintah Indonesia saat ini bukan pada substansi kegiatan tetapi lebih mengutamakan kelengkapan administrasi.
Artinya, kalau administrasinya sudah beres, kita tidak lagi memperhatikan kualitas benih dan sebagainya.
"Benih juga seringkali tiba ditangan petani tidak tepat waktu sehinga petani membiarkan benih tersebut membusuk atau mereka jadikan sebagai pakan ternak," katanya.
Karena itu, dia menyarankan pemerintah untuk melakukan pembenahan terlebuh dahulu, sebelum melanjutkan program bantuan benih bersubsidi, agar bantuan yang diberikan benar-benar mampu mendorong peningkatan produksi hasil pertanian di daerah.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015