Musik jazz tidak harus ditampilkan di hotel-hotel berbintang atau tempat-tempat yang mewah. `Ngayogjazz` ini menjadi bukti bahwa jazz untuk semua kalangan, tidak harus dipanggung besar dan mewah, tetapi bisa juga tampil di masyarakat,"
Sleman (ANTARA News) - Puluhan musisi muda dari berbagai kota di Indonesia turut menampilkan kebolehannya pada ajang "Ngayogjazz" 2015 bertajuk "Bhinneka Tunggal Jazznya".
Mereka tampil dalam ajang yang digelar di Desa Wisata Budaya, Pandowoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu siang hingga malam hari.
Para musisi jazz tersebut tampil dalam lima panggung yang dibangun di tengah kawasan perkampungan desa wisata budaya yang asri dan sarat dengan nuansa perdesaan, yakni Panggung Sadewo, Panggung Puntodewo, Panggung Nakulo, Panggung Janoko, dan Panggung Werkudoro.
"Sebetulnya sejak awal Ngayogjazz menyiapkan masyarakat penerus jazz. Dengan model seperti ini kita siapkan untuk program seni dan regenerasi," kata salah satu penggagas acara Jaduk Ferianto.
Menurut dia, musik jazz bukan barang elit, dan merupakan bentuk kesenian biasa saja yang bisa dinikmati semua kalangan masyarakat.
"Musik jazz tidak harus ditampilkan di hotel-hotel berbintang atau tempat-tempat yang mewah. Ngayogjazz ini menjadi bukti bahwa jazz untuk semua kalangan, tidak harus dipanggung besar dan mewah, tetapi bisa juga tampil di masyarakat," katanya.
Ia mengatakan, "Ngayogjazz" yang sudah memasuki tahun ke sembilan ini juga menjadi tempat belajar kembali musisi-musisi muda berpotensi.
Menurut dia, ada satu penampil dari Lampung, masih satu keluarga dan usianya di bawah 17 tahun. Bersama dengan ayahnya mereka mampu memainkan irama jazz dengan sangat baik.
"Kami harapkan ini dapat menjadi pemicu tumbuhnya musisi-musisi muda jazz di Tanah Air. Kami harapkan regenerasi hidup kembali," katanya.
Djaduk mengatakan, pada perhelatan kali ini sengaja diambil tema "Bhinneka Tunggal Jazznya" karena sengaja untuk merayakan keberagaman di negeri ini.
"Tahun ini yang membedakan dari tahun sebelumnya adalah, kita merayakan keberagaman, terutama setelah pilpres yang sempat membuat bangsa ini terkotak-kotak. Indonesia itu penuh keberagaman," katanya.
Ia mengatakan, Desa Wisata Budaya Pandowoharjo sengaja dipilih sebagai lokasi acara karena desa ini memiliki beragam kesenian tradisional mulai dari ketoprak, karawitan, mocopatan, wayang kulit, jatilan, dan beragam kesenian yang tentunya akan memuaskan para pengunjung.
"Ngayogjazz" 2015 diisi oleh musisi-musisi seperti Trie Utami dan Kuaetnika, Indro Harjodikoro and Friends, Esqi:EF, Juri Jo Collective, Ina Ladies, Nita Aartsen, Three Song, Dexter Band dan Panjul, Yuri and Ganggeng, Hariono and Friends, serta komunitas-komunitas Jazz Nusantara.
Ribuan pengunjung baik lokal maupun dari luar kota dan bahkan wisatawan asing nampak memadati sejumlah panggung-panggung dan berbagai sudut di Desa Wisata Budaya Pandowoharjo ini.
Pementasan musik jazz ini sempat "break" beberapa saat untuk mengajak para penonton mengheningkan cipta dan berdoa atas meninggalnya Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta KGPAA Paku Alam IX pada Sabtu pukul 15.10 WIB di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Pewarta: Victorianus SP
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015