DNA awal sudah dicek, 14 orangutan ini berasal dari Kalimantan. Tetapi belum jelas asalnya apakah Barat, Timur atau Tengah. Setelah masa pemulihan, akan dites DNA layaknya dilepasliarkan dimana,"

Bogor (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Konservasi (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan melakukan pengecekan DNA 14 orangutan yang dipulangkan dari Thailand untuk mengetahui daerah asalnya di Kalimantan sebelum dilepasliarkan.

"DNA awal sudah dicek, 14 orangutan ini berasal dari Kalimantan. Tetapi belum jelas asalnya apakah Barat, Timur atau Tengah. Setelah masa pemulihan, akan dites DNA layaknya dilepasliarkan dimana," kata Direktur Konservasi Sumber Daya Alam, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Konservasi (KSDAE), Bambang Danohaji, dalam Lokakarya Awal Enhanching the Protected Area System in Sulawesi for Biordiversity Conservation (EPASS) di Novotel, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Bambang mengatakan, 14 orangutan yang diselundupkan ke Bangkok Thailand terjadi pada tahun 2009, setelah melalui proses panjang di pengadilan, baru dapat dipulangkan ke Tanah Air pada 12 November lalu.

Ia mengatakan, saat ini 14 orangutan tersebut sedang menjalani masa karantina di Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, untuk mengetahui kondisi kesehatannya sebelum dilepasliarkan.

"Karena sudah begitu lama berada di luar habitatnya. Sebelum dilepasliarkan kita karantina untuk memastikan agar tidak ada penyakit yang dibawa olehnya. Pastikan kondisinya benar-benar sehat, tidak ada penyakit seperti TBC, dan lainnya," kata Bambang.

Dikatakannya, ke 14 orangutan tersebut akan berada di TSI selama kurang lebih satu bulan, setelah kondisinya benar-benar baik akan direhabilitasi di Kalimantan sebagai tempat asalnya.

"Ada tiga strateginya yakni Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Ini harus diseleksi lagi, berdasarkan hasil DNA nya. Yang pasti di tiga wilayah ini kita memiliki pusat rehabilitasi," katanya.

Bambang menegaskan, 14 orangutan tersebut akan benar-benar dilepasliarkan apabila kondisinya sudah benar-benar pulih baik dari sisi kesehatan, maupun ketahanannya kembali liar di alam. Sehingga ketika dilepaskan, tidak merusak habitat yang sudah ada.

"Lokasi lepas liar sudah siap. bisa di kawasan konservasi bisa juga di hutan lindung. Pelepasan ini tidak mudah, kita pastikan dulu perilaku liarnya sudah kembali agar bisa bertahan di alam. Jadi perlu tim juga untuk memantau perkembangannya," kata Bambang.

Direktur TSI, Frans Manansang mengatakan 14 orangutan yang dipulangkan dari Thailand telah dikarantina di TSI sejak Kamis (12/11) lalu. Belasan orangutan tersebut dikarantina di TSI Bogor selama satu bulan.

"Tim dokter hewan dari TSI sudah merawat satwa primata tersebut agar benar-benar sehat sebelum dilepasliarkan," kata Frans.

Menurut Frans, pihaknya tidak bisa terlalu lama menampung dan mengkarantina satwa selundupan tersebut karena daya tampung di TSI juga sudah "over load" akibat kelahiran.

"Kita tidak bisa lama-lama, karena kondisi saat ini TSI sudah over load, dalam setahun ini kita sudah kelahiran banyak bayi orangutan," kata Frans.

Frans mengatakan, kondisi 14 orangutan tersebut dalam keadaan baik sejak awal sampai. Selama dikarantina, akan dilihat kondisi kesehatannya, untuk mencegah terjangkit penyakit dari manusia.

"Selama inikan mereka tinggal sama manusia, kita observasi dulu apakah ada penyakit yang diinfeksi dari manusia seperti TBC, diare, atau radang paru-paru," katanya.

Setelah dikarantina, lanjut Frans, orangutan tersebut akan dilepasliarkan di wilayah Kalimantan di pusat konservasi orangutan untuk kembali ke habitatnya.

"Kita tidak tau pasti dimana dia akan dilepasliarkan, pemerintah yang akan melepaskannya. Yang pasti, kondisi saat ini banyak perburuan, kita khawatir satwa ini di alam bisa survive atau tidak," katanya.

Frans mengatakan, selama di masa karantina, 14 orangutan yang dipulangkan dari Thailand tersebut tidak boleh berinteraksi dulu dengan manusia, dan tidak bisa dikunjungi oleh para pengunjung TSI.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar menyebutkan, proses karantina di instalasi karantina Taman Safari Indonesia-Bogor telah mendapat pengakuan internasional, oleh karena itu 14 orangutan yang dipulangkan dari Thailand dikarantina untuk dipastikan status kesehatannya. Tindakan rehabilitasi akan dilakukan untuk memulihkan, baik kesehatan maupun perilaku liarnya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015