Kurangnya kesadaran masyarakat dan terbatasnya petugas yang mengawasi kawasan menjadi alasan berlanjutnya tekanan dan ancaman dari waktu ke waktu,"
Gorontalo (ANTARA News) - Field Oficcer Burung Indonesia Fajar Kaprawi mengatakan, kawasan Cagar Alam Panua di Kabupaten Pohuwato mengalami tekanan yang berdampak pada kelestarian burung endemik di dalamnya.
Menurutnya, tingginya aktivitas perambahan kawasan (encroachments), penebangan pohon (illegal Logging), penambangan masyarakat (artisanal gold mining) dan perburuan satwa (poaching) mengancam kelestarian kawasan dan jenis satwa di kawasan ini.
Dari segi kawasan, sejak tahun 2010 luas Cagar Alam Panua mengalami penyusutan dari 45.575 hektar menjadi 36.575 hektare.
Selain sebagai fungsi perlindungan keragaman hayati penting dan sumber tangkapan air bagi masyarakat sekitarnya, cagar alam ini memiliki arti penting bagi jenis fauna endemik Sulawesi yang ada di Gorontalo yaitu burung Maleo senkawor (Macrocephalon maleo).
"Kurangnya kesadaran masyarakat dan terbatasnya petugas yang mengawasi kawasan menjadi alasan berlanjutnya tekanan dan ancaman dari waktu ke waktu," katanya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh KPHL Pohuwato bersama Burung Indonesia, menemukan bentuk tekanan serupa juga terjadi di dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung yang berada dalam Bentang Alam Popayato dan Paguat.
Cagar Alam Panua merupakan salah satu kawasan konservasi terpenting di Sulawesi khususnya Gorontalo.
Panua diambil dari bahasa Gorontalo yang berarti burung maleo. Kawsan ini ditetapkan sebagai Cagar Alam Panua melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia dengan nomor 471/Kpts-11/1992 dengan luas mencapai 45.575 hektar.
Pewarta: Debby HM
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015