Tokyo (ANTARA News) - Kurs dolar AS dua hari berturut-turut sedikit melemah terhadap mata uang negara berkembang di pasar Asia pada Jumat, karena para pedagang fokus terhadap ekspektasi kecepatan kenaikan suku bunga Amerika Serikat.
Keyakinan di kalangan pedagang telah terangkat setelah risalah dari pertemuan Federal Reserve yang dirilis Rabu menunjukkan para pembuat kebijakannya menilai ekonomi Amerika Serikat cukup kuat untuk menopang kenaikan suku bunga bulan depan.
Penerima manfaat utamanya adalah ringgit Malaysia dan rupiah Indonesia, yang masing-masing melonjak lebih dari setengah persen pada Jumat, menyusul keuntungan hari sebelumnya.
"Kemunduran terlihat dalam dolar AS setelah risalah The Fed tampaknya mencerminkan banyak ketidakpastian di sekitar laju kenaikan suku bunga oleh The Fed," Angus Nicholson dari IG mengatakan kepada para kliennya dalam sebuah surat elektronik.
"Pelemahan dolar AS ini dan jatuhnya harga komoditas memberikan tandingan menggetarkan terhadap keuntungan yang terlihat pada saham Asia akhir-akhir ini."
Greenback naik menjadi 122,97 yen dari 122,87 yen, sementara euro berada di 1,0705 dolar AS terhadap 1,0735 dolar AS. Namun pada Rabu di New York dolar AS mendekati nilai tertinggi dalam tiga bulan 123,59 yen.
Euro jatuh menjadi 131,64 yen pada Jumat dari 131,90 yen pada Kamis sore.
"Para pedagang menarik diri dari perdagangan dolar jangka panjang mereka saat ini, mengingat spekulasi bahwa siklus pengetatan The Fed mungkin lebih bertahap daripada yang diperkirakan pasar sebelumnya," Imre Speizer, ahli strategi pasar di Westpac Banking di Auckland, mengatakan kepada Bloomberg News.
Dolar AS terus menghadapi pukulan dari unit-unit negara berkembang berimbal hasil lebih tinggi, atau berisiko pada Jumat.
Ringgit naik 1,53 persen, sedangkan rupiah bertambah 0,97 persen dan won Korea Selatan menguat 0,64 persen. Dolar Taiwan dan baht Thailand juga terangkat lebih tinggi, demikian seperti dilansir kantor berita AFP.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015