Chicago (ANTARA News) - Pemerintah Amerika Serikat membuka jalan bagi satu tipe salmon Atlantik hasil rekayasa genetika untuk dibudidayakan guna konsumsi manusia, izin pertama untuk binatang yang DNA-nya sudah dimodifikasi.
Lima tahun lalu, Badan Pangan dan Obat Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) untuk pertama kalinya menyatakan bahwa produk buatan AquaBounty Technologies yang bermarkas di Massachusetts itu seaman salmon Atlantik yang dibudidayakan secara konvensional.
Produk AquaBounty tidak akan membutuhkan pelabelan khusus karena kandungan nutrisinya setara dengan salmon Atlantik yang dibudidayakan secara konvensional, kata FDA pada Kamis (19/11).
AquaBounty mengembangkan salmon dengan mengubah gen-gennya sehingga mereka bisa tumbuh lebih cepat ketimbang salmon yang diternakkan secara konvensional, dan diperkirakan butuh dua tahun lagi untuk mencapai piring konsumen karena distribusinya masih direncanakan.
AquaBounty menyatakan salmon itu hanya butuh waktu separuh dari waktu salmon yang dibudidayakan secara konvensional untuk tumbuh sampai ukuran pasaran sehingga hemat waktu dan sumber daya.
Ikan ini pada dasarnya salmon Atlantik dengan gen salmon Pasifik untuk tumbuh lebih cepat dan satu gen dari semacam belut laut yang memunculkan sifat pertumbuhan sepanjang tahun.
Kelompok-kelompok aktivis hanya menyampaikan kekhawatiran mereka bahwa makanan-makanan hasil rekayasa genetika berisiko berdampak ke lingkungan atau kesehatan publik.
Beberapa di antaranya pada Kamis menyatakan akan menentang penjualan salmon hasil rekayasa genetika ke publik, sementara beberapa peritel menyatakan tak akan menaruh ikan-ikan itu di rak penjualan mereka.
Kroger Co, jaringan kelontong tradisional terbesar di negara itu, "tidak berniat melakukan pembelian atau penjualan salmon hasil rekayasa genetika," kata juru bicara Keith Dailey.
Perusahaan perdagangan Joe's and Whole Foods Market Inc juga menegaskan bahwa mereka tidak berniat menggunakan produk itu.
Target Corp menyingkirkan salmon hasil ternak demi salmon liar tangkapan tahun 2010, yang menurut juru bicara Molly Snyder merupakan langkah pertama dalam komitmen jangka panjang untuk meningkatkan keberlanjutan keragaman produk kelautan.
"Kami saat ini tidak berencana menawarkan salmon hasil rekayasa genetika," kata Snyder.
Kepala Eksekutif AquaBounty Ronald Stotish mengatakan izin itu merupakan "pengubah permainan yang membawa makanan sehat dan bernutrisi ke konsumen dengan cara yang bertanggung jawab ke lingkungan tanpa merusak samudera dan habitat laut lainnya."
Izin untuk ikan yang dijual dengan nama dagang AquAdvantage itu mensyaratkan salmon hanya dibudidayakan di dua area darat dan meliputi tempat pemijahan di Kanada dan Panama, dan bukan di Amerika Serikat.
Semua ikan itu betina dan secara reproduksi steril untuk mencegah perkawinan salmon hasil modifikasi genetik dengan salmon liar, kata pejabat FDA.
Lembaga itu pada Kamis juga mengeluarkan draf panduan tentang bagaimana produsen makanan bisa mengidentifikasi apakah salmon dalam produk mereka merupakan hasil rekayasa genetika. Panduan itu menyatakan pelabelan sifatnya sukarela.
Stotish menyatakan dalam wawancara bahwa AquaBounty akan mengikuti aturan FDA tentang pelabelan dan sekarang "tidak akan membutuhkan pelabelan."
"Terus terang, ini area yang tidak kita bahas hari ini," katanya.
Bukti Kredibel
Dr. William Muir, profesor genetik di Purdue University yang mendesak pemerintah mengizinkan penggunaan salmon itu, mengatakan "tidak ada bukti kredibel" yang menunjukkan bahwa ikan-ikan hasil rekayasa genetika itu menimbulkan risiko pada kesehatan manusia atau lingkungan.
"Praktik sekarang menggunakan salmon liar tangkapan sebagai sumber makanan itu tidak berkelanjutan, samudra-samudra kita sudah terlalu banyak diambil ikannya," kata Muir.
Muir termasuk di antara 80 ilmuwan dan eksekutif industri bioteknologi yang pada 2014 mengirim surat ke Presiden Barack Obama meminta pemerintah mendukung pemberian izin.
Salmon AquaBounty aslinya dikembangkan sebagai varietas cepat tumbuh oleh kelompok ilmuwan universitas publik Kanada sekitar seperempat abad lalu, dan perusahaan itu berusaha mendapat izin pemerintah selama hampir dua dekade, kata Dr. Alison Van Eenennaam dari University of California, Davis, yang pada 2010 bekerja di Komite Pertimbangan Kedokteran Hewan FDA yang memeriksa salmon AquaBounty.
Dia menyebut proses lima tahun pembuatan keputusan FDA tentang ikan itu "tak terduga" dan menyatakan izin itu sudah "terlambat lama."
Analis kebijakan FDA Laura Epstein mengatakan kepada reporter bahwa izin itu merupakan yang pertama, lembaga ingin "semua benar" dan menawarkan banyak kesempatan untuk menampung pendapat publik.
Juru bicara FDA Juli Putman mengatakan AquaBounty pertama kali memulai pembicaraan dengan FDA pertengahan 1990an.
Dia mengatakan lembaga mengkaji data dan informasi dari perusahaan saat perusahaan menyerahkannya sampai Juli tahun ini.
Joe Perry, bekas kepala European Food Safety Authority, menyatakan pemerintah Eropa akan membutuhkan jauh lebih banyak data ketimbang FDA sebelum memberi lampu hijau ke salmon hasil rekayasa genetik serupa.
Kelompok-kelompok lingkungan dan konsumen Amerika Serikat juga kembali menyatakan penentangan mereka ke produk itu.
Patty Lovera, asisten direktur Food & Water Watch, menyatakan kelompok berbicara ke anggota Kongres tentang pencabutan kembali izin FDA.
Kelompok itu juga mempertimbangkan untuk mengajukan gugatan untuk mencegah salmon hasil rekayasa genetika mencapai pasar.
Kelompok aktivis Friends of the Earth memperkirakan bahwa rekayasa genetika sedikitnya 35 jenis ikan, bersama dengan ayam, babi, dan sapi sedang dalam pengembangan.
Keputusan FDA tentang salmon bisa menjadi preseden perizinan yang lebih mudah untuk spesies-spesies hasil rekayasa genetika yang lain, demikian seperti dilansir kantor berita Reuters.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015