Jakarta (ANTARA News) - "Jetlag sosial" alias bangun lebih awal di hari kerja dan tidur lebih lama di waktu libur bukan cara yang tepat untuk beristirahat.
Sebuah studi menunjukkan, kebiasaan rutin tidur yang terganggu akan meningkatkan risiko diabetes.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam Hournal of Clinical Endocronology & Metabolism itu, para peneliti melibatkan 447 orang laki-laki dan perempuan berusia 30-54 tahun. Mereka ini rata-rata bekerja 25 jam per minggu di luar rumah.
Pada tubuh mereka dipasangkan alat yang merekam waktu tidur dan pergerakan 24 jam per harinya. Tak hanya itu, partisipan juga diminta mengisi kuesioner untuk mengetahui kebiasaan olahraga dan makan.
Hasil studi memperlihatkan, hampir 85 persen partisipan tidur lebih lama saat libur ketimbang di hari kerja.
Padahal, kondisi yang disebut "jetlag sosial" ini, menyebabkan kolesterol memburuk, mempercepat level insulin, memperbesar lingkar pinggang dan meningatkan indeks massa tubuh.
"Jetlag sosial merujuk pada tak cocoknya ritme sirkadian biologis individu dengan jadwal tidurnya. Para peneliti menemukan, kondisi ini berhubungan dengan risiko obesitas dan beberapa indikator fungsi kardiovaskular," kata penulis studi, Patricia Wong, dari Universitas Pittburgh.
Jetlag sosial berkontribusi pada sejumlah masala metabolik. Inilah yang kemudian berhubungan dengan munculnya obesitas, diabetes dan penyakit kardiovaskular. Demikian seperti dilansir WebMD.
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015