Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, bergerak menguat 33 poin menjadi Rp13.742 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.775 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat mengatakan mata uang dolar AS tertekan terhadap mayoritas mata uang utama dunia menyusul proyeksi dari kalangan analis bahwa dibutuhkan langkah kebijakan keuangan bank sentral Amerika Serikat setelah menaikan suku bunganya untuk memacu perekonomiannya.
"Bank sentral AS mensinyalkan laju kenaikan suku bunga akan berjalan lambat. Kenaikan suku bunga yang berjalan lambat membuat aset dolar AS menjadi kurang menarik," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, aksi ambil untung juga membayangi dolar AS karena kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat sudah diantisipasi pasar, sehingga dibutuhkan sinyal lanjutan mengenai kenaikan suku bunga untuk kedua kalinya untuk mengangkat dolar AS kembali.
Dari dalam negeri, lanjut dia, fundamental perekonomian Indonesia yang terbilang stabil di tengah perlambatan global menambah sentimen positif bagi mata uang rupiah untuk tetap berada di area positif.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa sejumlah mata uang dunia juga terpantau masih menguat terhadap dolar AS, diantaranya mata uang euro, yen Jepang, franc Swiss, dan pound sterling.
Dari dalam negeri, lanjut dia, sentimen positif didukung dari tetapnya suku bunga lembaga penjamin simpanan (LPS) dimana tingkat bunga penjaminan di bank umum untuk simpanan rupiah sebesar 7,5 persen, valuta asing sebesar 1,25 persen, dan tingkat bunga penjaminan untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam bentuk simpanan rupiah sebesar 10 persen.
"Diharapkan sentimen yang beredar saat ini mampu menopang mata uang rupiah untuk bergerak stabil dengan kecenderungan menguat," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015