Jakarta (ANTARA News) - Departemen Kesehatan dan Lembaga dana Untuk Anak pada Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF) mengimbau agar bantuan pangan untuk anak-anak dari keluarga yang menjadi korban banjir tidak diberikan berupa susu formula dan susu bubuk.
Di antara 300.000 orang pengungsi yang meninggalkan rumah akibat bencana banjir di Jakarta sejak 2 Februari 2007, terdapat sekitar 30,000 anak di bawah usia lima tahun.
Kondisi kebersihan di daerah yang terkena banjir mengkhawatirkan karena banyak rumah yang masih terendam air berlumpur, tidak ada akses untuk mendapatkan air bersih dan fasilitas kebersihan tidak berfungsi, demikian siaran pers dari UNICEF Jakarta, Selasa.
Bantuan berupa susu, yang diberikan dengan disertai itikad yang baik, hanya dapat diberikan apabila pemakaiannya dapat ditargetkan dan dimonitor dengan hati-hati, tetapi sangat tidak dianjurkan mengingat keadaan di tempat permukiman korban dan tempat pengungsian yang tidak dapat mendukung untuk kebersihannya, demikian UNICEF.
Selain itu, dalam keadaan normal anak yang diberi susu formula kemungkinan terserang penyakit karena infeksi lebih tinggi daripada mereka yang diberi air susu ibu. Tingkat kematian balita akibat infeksi yang timbul juga lebih tinggi dalam kondisi banjir di Jakarta karena air bersih dan sanitasi sangat terbatas.
Indonesia sudah mengalami konsekuensi negatif dari susu formula dan bentuk lain dari susu yang dibagikan pada waktu bencana alam di Yogyakarta dan Aceh.
Survei bersama yang diadakan Departemen Kesehatan dan UNICEF menyatakan bahwa pada sekitar 80 persen bayi dan anak di bawah usia 2 tahun yang menerima bantuan susu formula atau susu bubuk setelah gempa di Yogya, banyak yang menderita diare.
Diare terjadi dua kali lebih banyak pada mereka yang menerima bantuan susu formula daripada yang tidak.
Tersedianya banyak susu formula/susu bubuk juga menyebabkan para ibu beralih dari menyusui ke pemberian makanan artifisial, dan sebulan setelah gempa di Yogya, proporsi pemberian makanan artifisial pada bayi meningkat menjadi duakali lipat.
Departemen Kesehatan dan UNICEF menyatakan bahwa menyusui dapat memberikan gizi yang optimal pada anak dan memberi perlindungan antibodi yang tidak dapat digantikan oleh susu formula.
Pada kenyataannya, menyusui telah terbukti sebagai pendekatan kesehatan masyarakat yang paling efektif
untuk mencegah kematian anak.
Penelitian data dari 42 negara menunjukkan bahwa menyusui secara eksklusif saja dapat mencegah 13 persen kematian bayi dan anak, angka tertinggi jika dibandingkan dengan keikutsertaan yang lain.
UNICEF, badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Departemen Kesehatan merekomendasikan kaum ibu untuk menyusui sesegera mungkin dalam waktu empat jam setelah kelahiran, menyusui secara ekslusif selama 6 bulan pertama, dan dilanjutkan dengan menyusui dan pemberian makanan tambahan yang cukup dari usia 6 bulan sampai 2 tahun.
Setelah gempa di Yogya pada bulan Mei 2006, Departemen Kesehatan menerbitkan petunjuk operasional tentang "Pemberian makanan pada bayi dan anak pada keadaan darurat" untuk memberi penyuluhan pada badan-badan yang membantu pada keadaan bencana, cara pendekatan praktis untuk memberi makanan pada bayi dan anak dalam keadaan yang sulit, berdasarkan petunjuk global dari Komite Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Gizi.
Dalam menanggapi bencana banjir di Jakarta, Departemen Kesehatan akan menerbitkan kembali petunjuk tersebut untuk semua sektor di Pemerintahan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan institusi lain yang terkait dengan usaha untuk membantu bencana.
Petunjuk ini menekankan perlunya meneruskan menyusui, kecilnya peran pengganti air susu ibu, seperti susu formula, dan penyediaan makanan tambahan yang sesuai untuk keperluan gizi bayi dan anak usia 6 bulan
atau lebih.
Departemen Kesehatan dan UNICEF menyadari bahwa beberapa ibu akan mengalami stress pada keadaan banjir, dan akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk menyusui, untuk itu UNICEF dan Departemen Kesehatan mengimbau badan-badan bantuan pada keadaan darurat untuk mempromosikan lingkungan dimana ibu dapat terus menyusui.
Organisasi atau individu yang berniat memberi bantuan susu formula diharapkan berkonsultasi terlebih dahulu dan mendapat izin dari Kantor Dinas Kesehatan di DKI Jakarta untuk memastikan bahwa susu formula tersebut akan digunakan dengan benar, tidak kedaluwarsa dan hanya diberikan pada anak yang tidak bisa menerima air susu ibu dan hanya boleh dibagikan dalam pengawasan ketat dari staf ahli kesehatan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007