Risalah dari pertemuan kebijakan The Fed Oktober menunjukkan anggota dewan yakin ekonomi terbesar di dunia itu bisa menahan kenaikan bulan depan karena kekhawatiran mereka tentang pelemahan prospek global.
Interprestasi positif mendorong pasar regional dengan ekuitas-ekuitas reli pada Kamis setelah lonjakan di Wall Street, sementara mata uang negara-negara berkembang atau "emerging market" juga menguat karena para dealer menjadi lebih berminat membeli aset-aset lebih berisiko, berimbalhasil lebih tinggi.
Dolar juga melemah terhadap yen setelah bank sentral Jepang (BoJ) memutuskan menentang peningkatan program stimulusnya, meskipun perekonomian negara itu jatuh ke dalam resesi.
"Jika Fed berhasil dalam meyakinkan investor bahwa langkah menaikkan suku bunganya akan sangat bertahap, akan kurang menguntungkan bagi dolar, terutama terhadap mata uang berisiko yang akan mendapatkan keuntungan dari penarikan akomodasi di tempat lain," Todd Elmer, ahli strategi mata uang Citigroup Inc. yang berbasis di Singapura, mengatakan kepada Bloomberg News.
Pada Kamis, euro naik menjadi 1,0710 dolar dari 1,0660 dolar di New York pada Rabu, sementara greenback turun menjadi 123,23 yen dari 123,59 yen.
"Sebagian besar peserta" pada pertemuan kebijakan bank sentral AS memperkirakan persyaratan kenaikan suku bunga menjadi tepat pada pertemuan mereka berikutnya, setelah secara luas menurunkan tingkat
kekhawatiran mereka tentang ekonomi global dan gejolak pasar baru-baru ini, risalah The Fed mengatakan.
Di antara mata uang "emerging market", dolar Australia naik 0,79 persen terhadap greenback, sementara won Korea Selatan menguat 0,80 persen dan ringgit Malaysia bertambah 1,26 persen.
Dolar Selandia Baru sedikit menguat 0,96 persen, rupiah Indonesia maju 0,33 persen dan baht Thailand diperdagangkan 0,19 persen lebih tinggi. Dolar Singapura dan Taiwan juga naik terhadap unit AS.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015