Jakarta (ANTARA News)- Ketua DPR RI, Setya Novanto berpandangan kerja sama Indonesia dengan Swiss dalam mempromosikan interfaith dialogue perlu ditingkatkan. Hal itu perlu dilakukan, mengingat masih berkembangnya paham radikal yang mengatasnamakan agama dalam kehidupan masyarakat internasional.
“Peristiwa teror di Paris, Perancis, beberapa hari lalu tidak terlepas dari masih adanya paham radikal di tengah-tengah masyarakat,” kata Setya Novanto ketika menerima kunjungan kehormatan Ketua Parlemen Swiss Mr.Claude Heche, di Gedung Nusantara III, Jakarta, Rabu.
Dalam kesempatan ini, Novanto didampingi Ketua KomisiVI DPR Dodi Reza Alex Noerdin (F-PG) dan Anggota Komisi IV DPR Syofwatillah Mohzaib (F-PD).
Novanto menambahkan, Indonesia dan Swiss, baik secara bilateral maupun multilateral di forum-forum internasional, harus bekerja sama mencegah paham-paham radikal berkembang dalam kehidupan masyarakat internasional.
Sebagai negara muslim terbesar di dunia dan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, lanjut Novanto, Swiss diundang dalam kapasitasnya sebagai anggota Uni Eropa(UE) untuk mendukung promosi ajaran Islam yang benar. Kecenderungan yang berkembang dari islamphobia di negara-negara Eropa dapat meningkatkan ketegangan antara orang-orang Eropa.
“Oleh karena itu, penting untuk kita sadari bahwa terorisme adalah musuh bersama dan dihasilkan dari tatanan global yang tidak adil,” katanya.
Ditegaskan Novanto, DPR RI dan Parlemen Swiss juga harus menjadi bagian penting dalam penguatan hubungan bilateral kedua negara. DPR RI dan Parlemen Swiss harus terus mendorong pemerintah masing-masing untuk meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan di berbagai bidang.
Untuk mendukung penguatan hubungan bilateral, DPR RI telah membentuk sejumlah Group Kerja Bilateral Antar-Parlemen. Namun, Parlemen Swiss belum menjadi bagian dari kelompok ini.
“Pada kesempatan ini, saya mengusulkan wacana untuk membentuk kelompok persahabatan bilateral antardua parlemen di parlemen masing-masing,” kata Novanto.
Lebih lanjut, politikus F-PG itu mengatakan, hubungan bilateral Indonesia – Swiss yang sudah terjalin selama lebih dari 60 tahun sejauh ini telah berjalan dengan baik. Hubungan baik itu terlihat antara lain dari adanya kegiatan saling kunjung pejabat tinggi kedua negara.
Hal itu diperkuat dengan kunjungan mantan Presiden Swiss ke Indonesia, Doris Leuthard, pada bulan Juli 2010 lalu. Sementara, Presiden Indonesia ke-6, Susilo BambangYudhoyono, juga pernah berkunjung ke Swiss pada bulan Juni2011, sekaligus menghadiri konferensi PBB di Jenewa.
Sementara dari sisi parlemen, Anggota DPR RI juga kerap mengunjungi Swiss, khususnya ke Jenewa untuk menghadiri sidang-sidang parlemen yang diselenggarakan oleh Inter-Parliamentary Union (IPU).
“Hubungan baik Indonesia – Swiss juga terlihat di bidang perdagangan dan investasi. Nilai total perdagangan kedua negara pada tahun 2014 mencapai nilai 761 juta dollar AS, dan investasi Swiss di Indonesia menempati urutan ke-13 pada periode 2010 – 2014 dengan total investasi sebesar 669 juta dollar AS,” jelas Novanto.
Politikus asal dapil NTT itu menambahkan, DPR juga mengapresiasi pencapaian kerja sama kedua negara dan kontribusi perusahaan Swiss di Indonesia seperti Nestle, Holcim dan lain-lain terhadap sektor industri di Indonesia.
DPR juga mengapresiasi berbagai bentuk bantuan Swiss kepada Indonesia, terutama untuk mendukung program pembangunan lingkungan hidup, program peningkatan kapasitas SDM di bidang Peace Building, HAM dan demokrasi, serta program pengembangan sektor lainnya.
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015